Kamis, 15 November 2012

Pembelajaran Berumah Tangga

Berumah tangga tidaklah semudah yang di bayangkan. Banyak orang masuk ke dalam kehidupan berumah tangga dengan harapan yang sangat tinggi dan muluk. Hampir semua pasangan yang menikah tatkala di tanya apa yang mereka cari dari pernikahan yang dijalankan maka sebagian besar akan memberi jawab hidup yang berbahagia hingga tua, saling mengerti dan saling mengasihi, sampai tua hidup berbahagia.
Realita dari kehidupan pernikahan ternyata tidaklah demikian, banyak dari pasangan justru pernikahannya menjadi mandeg tidak bertumbuh bahkan terancam dengan perceraian. ahka yang menyedihkan adalah banyaknya angka perceraian bagi pasangan yang baru menikah satu sampai dua tahun. Mengapa ini sampai terjadi?
Permasalahan umum yang terjadi adalah pertama tidak berjalannya komunikasi antara pasangan, komunikasi antar pasangan lebih banyak mengarah kepada tuntutan dari masing-masing pihak.  Kedua, Mereka tidak lagi mengerjakan bagiannya masing-masing. Seharusnya baik wanita maupun pria memiliki peran yang harus dilakukan dalam rangka mengerjakan dan menghidupi kehidupan rumah tangganya. Alkitab telah dengan jelas memberikan arahan kepada pria untuk berperan sebagai kepala rumah tangga dan kepada wanita untuk memerankan peranannya sebagai penolong yang sepadan bagi suaminya. ketiga, mereka hanyut didalam permasalahan rumah tangga yang timbul tanpamengantisipasi dan mencari jalan keluarnya. misalnya masalah yang paing umum dan sering terjadi adalah masalah keuangan. Pada saat mereka menikah karena kesulitan keuangan maka banyak diantara mereka yang tidak sanggup untuk keluar dari rumah orang tuanya, akhirnya mereka tinggal bareng bersama dengan orang tua mereka. Tatkala mereka tinggal bersama maka mulailah timbul permasalahan antara suami istri ini. Umumnya wanita ingin sekali mempunyai daerah teritorialnya bersama dengan sang suami, biasanya ia menempatkan kamar merupakan daerahnya privacy dan ia sanga menikmati didaerah zona amannya namun ini akan menjadi masalah dalam keluarga karena dianggap istri tidak mau bergaul dengan keluarga lainnya. Di sisi lain istri ingin suaminya bersama dengan dia dan menemaninya di kamar namun suai leih suka di luar dan berkumpul dengan keluarga lainnya dan sikap ini akan merupakan penolakkan bagi sang istri karena suami lebih memilih di luar dari pada di kamar menemaninya dan ini akan di terima sebagai suami sudah tidak mengasihinya lagi. Masalah menjadi rumit karena istri akan menuntut pindah namun suami akan berpikir secara efisiensi yaitu lebih baik tingga di rumah orang tua dulu karena memang banyak kamar yang dapat di gunakan sehingga tidak perlu boros mengeluarkan uang untuk mengontrak, dengan demikian pertengkaran di pastikan mulai terjadi............ keempat, Tidak terlatihnya kita untuk mempelajari mengenai mood pasangan, tidak terlatih untuk menyatukan diri menjadi "sedaging" sehingga seringkali justru merasa mengapa pasangan kita tidak bisa mengerti kita. kelima, pengekspresian perasaan yang tidak tepat dengan bahasa kasih pasangan dan mencurahan rasa kasih dan cinta tidak tersampaikan kepada pasangannya tetapi justru yang terasa adalah tuntutan. Ke enam pasangan mulai tidak menyadari bahwa memang pria dan wanita di ciptakan dengan berbeda dan pendekatan bagi keduanyapun berbeda, misalnya wanita adalah sosok yang emosional dan relational sedangkan para pria adalah sosok yang sangat rasional dan funsional dari pendekatan ini saja seringkali timbul konflik.
Pembelajaran bagi pasangan untuk berumah tangga, bahwa pernikahan ini hanya bisa berjalan jika di kerjakan bersama. Masing-masing menjalankan perannya dan melakukan yang terbaik yang dapat di berikan kepada pasangannya bukan menunutut yang terbaik dari pasangannya.  Mempelajari perbedaan pendekatan antar pria dan wanita sehingga mengerti bagaimana berelasinya, mempelajari bahasa kasih dari pasangan dan nyatakan cinta kita melalui bahasa kasihnya bukan bahasa kasih kita Dan terakhir yang terpenting adalah kesatuan suami dan istri menjadi kesatuan yang paling lekat dan kuat adalah kunci dari segalanya, bahwa pasangan dan kita adalah satu, apa yang pasangan rasakan haruslah kita rasakan demikian pula sebaliknya seingga bersama daoat berjalan dan serahkan semua kepada pimpinan Tuhan Yesus sebagai kepala dari rumah tangga. Bawa semua masalah keluargamu kepada Kristus dan tunduk pada Kristus lakukan perintahNya, Tuhan memberkati.

Oleh: Ev. Julimin Nagaputra

Rabu, 20 Juni 2012

Pengembangan diri dalam pelayanan


Pengembangan diri sangat diperlukan setiap orang dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Seorang pekerja dalam meniti kariernya akan selalu berusaha mengembangkan dirinya dalam segala hal sehingga memungkinkan dirinya mendapat promosi dalam jabatannya. Begitu pula dalam melayani TUhan, Pelayanan yang dilakukan adalah suatu anugrah kepercayaan dari Allah kepada umatNYA, dengan demikian pelayanan itu adalah suatu kehormatan maka harus dilakukan dengan kesungguhan hati. Setiap umat yang melayani harus mengembangkan diri semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi Allahnya.
Yayasan Eunike bersyukur dengan pemimpinnya yang terus belajar dan mengembangkan diri memajukan pelayanan TUhan dalam wadah yayasan ini.  Tidak hanya pimpinan begitu juga para hamba Tuhan yang melayani juga mengembangkan diri dalam bidangnya masing-masing.  Kali ini kami bersyukur dengan kembalinya pimpinan kami dalam libur semesternya dengan memberikan beberapa pembinaan bagi seluruh pemimpin Yayasan Eunike.  Bapak Christian Kartawijaya  dan Ibu Anne Kartawijaya yang sedang melanjutkan study di Texas America pulang dengan memberikan pelatihan kepada seluruh pemimpin Kelompok Tumbuh Bersama dengan  materi pengembangan diri.
Pelatihan dibuka dengan pembahasan dari kitab Pengkotbah pasal 3:1,11 dan 14, bahwa segala sesuatu ada masanya, dan Tuhan membuat segala sesuatu itu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka, tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Itulah kesulitasn manusia tidak belajar untuk mengerti dan menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah.  Manusia seringkali menyia-nyiakan waktunya, padahal waktu berjalan terus.
Manusia perlu menyadari bahwa setiap saat atau  moment adalah sangat penting , atau akan menjadi hal yang paling penting bagi hidup kita, masalahnya adalah bagaimana mengisinya. Secara keberdosaan manusia masuk dalam kehidupan yang penuh kesia-siaan  kecuali manusia mengisi dan menghidupinya didalam anugrah Allah, lepas dari Allah hanya akan menjumpai kesia-siaan. Diluar Allah segala sesuatu menjadi tidaklah berarti, dan kunci hidup di dalam Allah adalah tunduk dan takut padaNYA dan penyatuan diri kedalam diri anak Allah (Tuhan Yesus) adalah kunci menuju ke tidak sia-siaan.
Melayani Tuhan manusia seringkali harus bersentuhan dengan manusia lain dalam bersinergi . Networking ataupun team dalam pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam melayani Tuhan memberitakan kerajaanNYA. Dalam kerja sama inilah setiap manusia harus belajar secara pribadi mengenal akan dirinya dan mengembangkannya.
Dalam hal ini Christian menjelaskan lebih rinci  bahwa didalam pelayanan di perlukan sinergi yang dinamik, dimana dalam setiap kompenen yang bersinergi member I tekanannya masing-masing. Menurutnya dalam setiap kelompok orang yang melayani maka akan terbagi menjadi 3 kelopk jenis orang yaitu:

1.       Kelompok Thinker
2.       Kelompok Feeler
3.       Kelompok Doer
Kelompok Thinker adalah kelompok orang yang dalam pelayanannya seringkali lebih mengutamakan penggunaan pikiran ( Think)  mereka dalam pelayanan akan:
a.       To Know
b.      Understand
c.       Analyze
Kelompok Feeler adalah kelompok pelayan yang selalu menekankan sisi emotional mereka, penekanan pada Emosi hidup manusia:
a.       To like (suka)
b.      To Prefer (lebih menyukai)
c.       Treasure ( Menyimpan)
Kelompok Doer adalah kelompok yang menekankan bagian tingkah laku hidup manusia:
a.       To be able (mampu)
b.      Excell (mahir)
c.       Master
Namun harus disadari bahwa setiap manusia sebenarnya mempunyai ke 3 unsur ini namun ada satu yang akan lebih menonjol dari orang tersebut
 
Pengembangan diri sangat diperlukan setiap orang dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Seorang pekerja dalam meniti kariernya akan selalu berusaha mengembangkan dirinya dalam segala hal sehingga memungkinkan dirinya mendapat promosi dalam jabatannya. Begitu pula dalam melayani TUhan, Pelayanan yang dilakukan adalah suatu anugrah kepercayaan dari Allah kepada umatNYA, dengan demikian pelayanan itu adalah suatu kehormatan maka harus dilakukan dengan kesungguhan hati. Setiap umat yang melayani harus mengembangkan diri semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi Allahnya.
Yayasan Eunike bersyukur dengan pemimpinnya yang terus belajar dan mengembangkan diri memajukan pelayanan TUhan dalam wadah yayasan ini.  Tidak hanya pimpinan begitu juga para hamba Tuhan yang melayani juga mengembangkan diri dalam bidangnya masing-masing.  Kali ini kami bersyukur dengan kembalinya pimpinan kami dalam libur semesternya dengan memberikan beberapa pembinaan bagi seluruh pemimpin Yayasan Eunike.  Bapak Christian Kartawijaya  dan Ibu Anne Kartawijaya yang sedang melanjutkan study di Texas America pulang dengan memberikan pelatihan kepada seluruh pemimpin Kelompok Tumbuh Bersama dengan  materi pengembangan diri.
Pelatihan dibuka dengan pembahasan dari kitab Pengkotbah pasal 3:1,11 dan 14, bahwa segala sesuatu ada masanya, dan Tuhan membuat segala sesuatu itu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka, tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Itulah kesulitasn manusia tidak belajar untuk mengerti dan menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah.  Manusia seringkali menyia-nyiakan waktunya, padahal waktu berjalan terus.
Manusia perlu menyadari bahwa setiap saat atau  moment adalah sangat penting , atau akan menjadi hal yang paling penting bagi hidup kita, masalahnya adalah bagaimana mengisinya. Secara keberdosaan manusia masuk dalam kehidupan yang penuh kesia-siaan  kecuali manusia mengisi dan menghidupinya didalam anugrah Allah, lepas dari Allah hanya akan menjumpai kesia-siaan. Diluar Allah segala sesuatu menjadi tidaklah berarti, dan kunci hidup di dalam Allah adalah tunduk dan takut padaNYA dan penyatuan diri kedalam diri anak Allah (Tuhan Yesus) adalah kunci menuju ke tidak sia-siaan.
Melayani Tuhan manusia seringkali harus bersentuhan dengan manusia lain dalam bersinergi . Networking ataupun team dalam pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam melayani Tuhan memberitakan kerajaanNYA. Dalam kerja sama inilah setiap manusia harus belajar secara pribadi mengenal akan dirinya dan mengembangkannya.
Dalam hal ini Christian menjelaskan lebih rinci  bahwa didalam pelayanan di perlukan sinergi yang dinamik, dimana dalam setiap kompenen yang bersinergi member I tekanannya masing-masing. Menurutnya dalam setiap kelompok orang yang melayani maka akan terbagi menjadi 3 kelopk jenis orang yaitu:
1.       Kelompok Thinker
2.       Kelompok Feeler
3.       Kelompok Doer
Kelompok Thinker adalah kelompok orang yang dalam pelayanannya seringkali lebih mengutamakan penggunaan pikiran ( Think)  mereka dalam pelayanan akan:
a.       To Know
b.      Understand
c.       Analyze
Kelompok Feeler adalah kelompok pelayan yang selalu menekankan sisi emotional mereka, penekanan pada Emosi hidup manusia:
a.       To like (suka)
b.      To Prefer (lebih menyukai)
c.       Treasure ( Menyimpan)
Kelompok Doer adalah kelompok yang menekankan bagian tingkah laku hidup manusia:
a.       To be able (mampu)
b.      Excell (mahir)
c.       Master
Namun harus disadari bahwa setiap manusia sebenarnya mempunyai ke 3 unsur ini namun ada satu yang akan lebih menonjol dari orang tersebut
 
Pengembangan diri sangat diperlukan setiap orang dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Seorang pekerja dalam meniti kariernya akan selalu berusaha mengembangkan dirinya dalam segala hal sehingga memungkinkan dirinya mendapat promosi dalam jabatannya. Begitu pula dalam melayani TUhan, Pelayanan yang dilakukan adalah suatu anugrah kepercayaan dari Allah kepada umatNYA, dengan demikian pelayanan itu adalah suatu kehormatan maka harus dilakukan dengan kesungguhan hati. Setiap umat yang melayani harus mengembangkan diri semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi Allahnya.
Yayasan Eunike bersyukur dengan pemimpinnya yang terus belajar dan mengembangkan diri memajukan pelayanan TUhan dalam wadah yayasan ini.  Tidak hanya pimpinan begitu juga para hamba Tuhan yang melayani juga mengembangkan diri dalam bidangnya masing-masing.  Kali ini kami bersyukur dengan kembalinya pimpinan kami dalam libur semesternya dengan memberikan beberapa pembinaan bagi seluruh pemimpin Yayasan Eunike.  Bapak Christian Kartawijaya  dan Ibu Anne Kartawijaya yang sedang melanjutkan study di Texas America pulang dengan memberikan pelatihan kepada seluruh pemimpin Kelompok Tumbuh Bersama dengan  materi pengembangan diri.
Pelatihan dibuka dengan pembahasan dari kitab Pengkotbah pasal 3:1,11 dan 14, bahwa segala sesuatu ada masanya, dan Tuhan membuat segala sesuatu itu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka, tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Itulah kesulitasn manusia tidak belajar untuk mengerti dan menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah.  Manusia seringkali menyia-nyiakan waktunya, padahal waktu berjalan terus.
Manusia perlu menyadari bahwa setiap saat atau  moment adalah sangat penting , atau akan menjadi hal yang paling penting bagi hidup kita, masalahnya adalah bagaimana mengisinya. Secara keberdosaan manusia masuk dalam kehidupan yang penuh kesia-siaan  kecuali manusia mengisi dan menghidupinya didalam anugrah Allah, lepas dari Allah hanya akan menjumpai kesia-siaan. Diluar Allah segala sesuatu menjadi tidaklah berarti, dan kunci hidup di dalam Allah adalah tunduk dan takut padaNYA dan penyatuan diri kedalam diri anak Allah (Tuhan Yesus) adalah kunci menuju ke tidak sia-siaan.
Melayani Tuhan manusia seringkali harus bersentuhan dengan manusia lain dalam bersinergi . Networking ataupun team dalam pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam melayani Tuhan memberitakan kerajaanNYA. Dalam kerja sama inilah setiap manusia harus belajar secara pribadi mengenal akan dirinya dan mengembangkannya.
Dalam hal ini Christian menjelaskan lebih rinci  bahwa didalam pelayanan di perlukan sinergi yang dinamik, dimana dalam setiap kompenen yang bersinergi member I tekanannya masing-masing. Menurutnya dalam setiap kelompok orang yang melayani maka akan terbagi menjadi 3 kelopk jenis orang yaitu:
1.       Kelompok Thinker
2.       Kelompok Feeler
3.       Kelompok Doer
Kelompok Thinker adalah kelompok orang yang dalam pelayanannya seringkali lebih mengutamakan penggunaan pikiran ( Think)  mereka dalam pelayanan akan:
a.       To Know
b.      Understand
c.       Analyze
Kelompok Feeler adalah kelompok pelayan yang selalu menekankan sisi emotional mereka, penekanan pada Emosi hidup manusia:
a.       To like (suka)
b.      To Prefer (lebih menyukai)
c.       Treasure ( Menyimpan)
Kelompok Doer adalah kelompok yang menekankan bagian tingkah laku hidup manusia:
a.       To be able (mampu)
b.      Excell (mahir)
c.       Master
Namun harus disadari bahwa setiap manusia sebenarnya mempunyai ke 3 unsur ini namun ada satu yang akan lebih menonjol dari orang tersebut
 
Identifikasikan diri kita ada dimana
Ciri Khas seorang Thinker: Seperti sebuah perpustakaan, semua ada dan maunya banyak. Mereka mementingkan: Fakta, Konsep, Prinsip, Konteks, Aplikasi, Studi kata, dan hubungan anta ride-ide.
Ciri seorang Feeler (Love) : kelompok ini lebih menyukai suasana yang hangat dan panas (camp Fire), baginya learning is emotional, celebrative, warm. Pendekatannya: Mementingkan pengalaman, suasana yang hangat, nilai bersifat personal, passionate devotion, bebas bertanya, senang sharing menceritakan pengalaman, senang berelasi dengan banyak orang.
Ciri seorang  Doer: Lebih seperti laboratorium dan bengkel kerja, mereka mementingkan hal-hal yang bersifat praktis, action, kompetensi, proyek-proyek, hasil-hasil, Efisiensi, menguasai skill tertentu.
Contoh pendekatan pelayanan mereka jiak melayani sebagai pengajar:

Seorang Thinker sebagaai pengajar makaa ia akan banyak mempersiapkan tentang prinsip-prinsip dan konteksnya serta bagaimana aplikasinya, orang thinker akan memakan waktu yang sangat lama dalam persiapan. Aplikasi mereka umumnya kurang praktis sangat teoritis, kelompok ini jika berkerja sama dengan kelompok feeler maka akan banyak kendala, kelompok feeler sulitb menerima mereka.
JIka seorang Feeler yang menjadi pengajar , maka didalam pengajarannya sangat mementingkan relationship, ini menjadi yang utama namun ada kebahayaannya yaitu: Kehangatan basa basi dalam pengertian tidak terlalu dalam, tidak ada koneksi dengan firman Tuhan, baginya Extreme learning is superficial and self centered.]
Seorang Doer yang menjadi pengajar maka baginya Extreme learning is repetitive and task oriented. Dari ke 3 nya maka di simpulkan Thinker: Explainer, Feeler: Fasilitator, Doer adalah coach. Diharapka dengan mempelajari ini maka kita lebih dapat mengembangkan peran pribadi kita didalam setiap pelayananan. Tidak menjadi masalah dengan kelompok mana kita bekerja sama karena kita belajar mengembangkan ketiga hal ini dalam hidup kita.

Oleh: Ev Julimin Nagaputra. S.Th., M.A.C.M  sumber dari bahan ceramah dari bapak Christian Kartawijaya. MBA di Jakarta Garden City Sabtu , 16 Juli 2012

Identifikasikan diri kita ada dimana
Ciri Khas seorang Thinker: Seperti sebuah perpustakaan, semua ada dan maunya banyak. Mereka mementingkan: Fakta, Konsep, Prinsip, Konteks, Aplikasi, Studi kata, dan hubungan anta ride-ide.
Ciri seorang Feeler (Love) : kelompok ini lebih menyukai suasana yang hangat dan panas (camp Fire), baginya learning is emotional, celebrative, warm. Pendekatannya: Mementingkan pengalaman, suasana yang hangat, nilai bersifat personal, passionate devotion, bebas bertanya, senang sharing menceritakan pengalaman, senang berelasi dengan banyak orang.
Ciri seorang  Doer: Lebih seperti laboratorium dan bengkel kerja, mereka mementingkan hal-hal yang bersifat praktis, action, kompetensi, proyek-proyek, hasil-hasil, Efisiensi, menguasai skill tertentu.
Contoh pendekatan pelayanan mereka jiak melayani sebagai pengajar:

Seorang Thinker sebagaai pengajar makaa ia akan banyak mempersiapkan tentang prinsip-prinsip dan konteksnya serta bagaimana aplikasinya, orang thinker akan memakan waktu yang sangat lama dalam persiapan. Aplikasi mereka umumnya kurang praktis sangat teoritis, kelompok ini jika berkerja sama dengan kelompok feeler maka akan banyak kendala, kelompok feeler sulitb menerima mereka.
JIka seorang Feeler yang menjadi pengajar , maka didalam pengajarannya sangat mementingkan relationship, ini menjadi yang utama namun ada kebahayaannya yaitu: Kehangatan basa basi dalam pengertian tidak terlalu dalam, tidak ada koneksi dengan firman Tuhan, baginya Extreme learning is superficial and self centered.]
Seorang Doer yang menjadi pengajar maka baginya Extreme learning is repetitive and task oriented. Dari ke 3 nya maka di simpulkan Thinker: Explainer, Feeler: Fasilitator, Doer adalah coach. Diharapka dengan mempelajari ini maka kita lebih dapat mengembangkan peran pribadi kita didalam setiap pelayananan. Tidak menjadi masalah dengan kelompok mana kita bekerja sama karena kita belajar mengembangkan ketiga hal ini dalam hidup kita.,
Oleh: Ev Julimin Nagaputra. S.Th., M.A.C.M  sumber dari bahan ceramah dari bapak Christian Kartawijaya. MBA di Jakarta Garden City Sabtu , 16 Juli 2012

Identifikasikan diri kita ada dimana
Ciri Khas seorang Thinker: Seperti sebuah perpustakaan, semua ada dan maunya banyak. Mereka mementingkan: Fakta, Konsep, Prinsip, Konteks, Aplikasi, Studi kata, dan hubungan anta ride-ide.
Ciri seorang Feeler (Love) : kelompok ini lebih menyukai suasana yang hangat dan panas (camp Fire), baginya learning is emotional, celebrative, warm. Pendekatannya: Mementingkan pengalaman, suasana yang hangat, nilai bersifat personal, passionate devotion, bebas bertanya, senang sharing menceritakan pengalaman, senang berelasi dengan banyak orang.
Ciri seorang  Doer: Lebih seperti laboratorium dan bengkel kerja, mereka mementingkan hal-hal yang bersifat praktis, action, kompetensi, proyek-proyek, hasil-hasil, Efisiensi, menguasai skill tertentu.
Contoh pendekatan pelayanan mereka jiak melayani sebagai pengajar:

Seorang Thinker sebagaai pengajar makaa ia akan banyak mempersiapkan tentang prinsip-prinsip dan konteksnya serta bagaimana aplikasinya, orang thinker akan memakan waktu yang sangat lama dalam persiapan. Aplikasi mereka umumnya kurang praktis sangat teoritis, kelompok ini jika berkerja sama dengan kelompok feeler maka akan banyak kendala, kelompok feeler sulitb menerima mereka.
JIka seorang Feeler yang menjadi pengajar , maka didalam pengajarannya sangat mementingkan relationship, ini menjadi yang utama namun ada kebahayaannya yaitu: Kehangatan basa basi dalam pengertian tidak terlalu dalam, tidak ada koneksi dengan firman Tuhan, baginya Extreme learning is superficial and self centered.]
Seorang Doer yang menjadi pengajar maka baginya Extreme learning is repetitive and task oriented. Dari ke 3 nya maka di simpulkan Thinker: Explainer, Feeler: Fasilitator, Doer adalah coach. Diharapka dengan mempelajari ini maka kita lebih dapat mengembangkan peran pribadi kita didalam setiap pelayananan. Tidak menjadi masalah dengan kelompok mana kita bekerja sama karena kita belajar mengembangkan ketiga hal ini dalam hidup kita.,
Oleh: Ev Julimin Nagaputra. S.Th., M.A.C.M  sumber dari bahan ceramah dari bapak Christian Kartawijaya. MBA di Jakarta Garden City Sabtu , 16 Juli 2012

Jumat, 08 Juni 2012

Motivasi dalam Memotivasi


Motivasi adalah sesuatu hal yang sangat baik dan mendorong seseorang mencapai sesuatu target yang di berikan. Motivasi ini sangat berperan menjadi apa seseorang kelak di kemudian hari. Ada orang memulai sesuatu rencana jika di kendalikan oleh motivasi yang salah dan buruk maka akan menjadikan orang tersebut tidak baik, sebaliknya jika seseorang mempunyai motivasi yang baik umumnya menghasilkan sesuatu yang baik. Motivasi ini juga sangat erat hubungannya dengan system nilai yang di miliki oleh seseorang. Nilai inilah yang akan mengendalikan dan mewarnai motivasi dalam diri seseorang. Selain dari itu, pandangan kedepan dari  seseorang itu juga mengambil peran dari motivasi orang tersebut, jika kita mempunyai pandangan yang positip dan didasari nilai yang positip akan membuat satu tujuan yang positip pula. Misalnya seseorang  yang selalu pesimis dan takut akan masa depan, lalu mempunyai system nilai bahwa uang adalah segalanya dan akan menyelesaikan banyak masalah, maka didalam hidupnya orang tersebut akan di motivasi untuk menjadi kaya, dan dengan kekayaan yang ia miliki dirasa memberikan ketenangan menghadapi hari esok. Karena termotivasi untuk menjadi kaya maka ia mempunyai kecendrungan melakukan apa saja asal ia bisa menjadi kaya. Inilah salah satu sisi buruknya.
Waktu berbicara mengenai kehidupan keluarga, maka motivasi juga memegang peran yang sangat tinggi bagi kelangsungan hidup berkeluarga orang tersebut. Awalnya yang perlu dipertanyakan adalah apa yang memotivasi kamu untuk menikah, atau disederhanakan pertanyaannya menjadi: “Mengapa kamu menikah” dari jawaban pertanyaan ini saja sudah dapat diketahui motivasinya dan apa yang akan terjadi dalam kehidupan berkeluarganya, walau tidak sedetail-detailnya.
Hal yang penting yang akan di bicarakan disini adalah berkenaan dengan mendidik dan membesarkan anak-anak kita. Setiap orang tua menginginkan anaknya bertumbuh menjadi anak yang taat, anak yang mencintai Tuhan. Anak yang di kehidupannya kelak berguna bagi Negara, mengharumkan nama keluarga. Semua yang disebut tadi adalah angan-angan dari kebanyakan orang tua, namun kondisi dari tiap keluarga, pandangan dan system nilainya berbeda dan akan menimbulkan banyak perbedaan dalam mereka memotivasi anak-anaknya untuk maju.
Pertanyaannya sekarang bagi kita adalah, apa motivasi kita dalam memotivasi anak-anak kita. Apakah sebenarnya kita memotivasi anak-anak kita untuk  meneruskan hasrat dan cita-cita kita yang belum selesai. Satu kali seorang ayah mendorong anaknya untuk terus kuliah keperguruan tinggi, kalau perlu terus sampai S2 atau S3 karena dulu papanya tidak ada kesempatan untuk melanjutkan sekolah keperguruan tinggi, bagi dia itulah kebanggan jika bisa masuk dan selesaikan keperguruan tinggi, maka dia akan terus memotivasi anak-anaknya kuliah ke Perguruan Tinggi. Kasus lain adalah kebanyakan anak les music, sebagian karena itu trend sehingga banyak ibu-ibu muda juga ingin anaknya menguasai aat music sebagian karena memang meihat bakat si anak, namun ada juga yang karena keinginan hatinya yang dulu tidak tersampaikan.
Jadi, sekarang yang terpenting adalah mari kita jujur kepada diri sendiri. Apa yang menjadi kendala didalam kita menjalani kehidupan ini, dan apa yang sedang kita cari di dalam kehidupan ini. Saat ini setelah kita memiliki anak, apa yang akan kau lakukan dan apa yang ingin kau wariskan bagi anak-anakmu kelak. Kebanyakan orang akan memikirkan hal-hal yang bersifat materi sebagai warisan bagi anak-anaknya. Ada yang mewariskan pelbagai macam imu sebagai dasar kehidupannya kelak, namun semuanya itu akan berakhir. Adakah dari kita yang memikirkan warisan yang kekal bagi anak-anak kita. Warisan yang kekal adalah menerima dan mencintai Allah seumur hidup mereka. Bagaimana kita memotivasi anak-anak kita untuk terus bertumbuh secara spiritualitas, membawa mereka untuk melihat kebenaran sehingga memotivasi mereka untuk mencintai Tuhan seumur hidup mereka.
Marilah kita berdoa dan meminta Tuhan memurnikan motivasi kita didalam memotivasi anak-anak ita didalam pertumbuhan mereka, lebih mengutamakan pertumbuhan spiritualitas ketimbang hal-hal lainnya. Tuhan memberkati

Oleh: Ev. Julimin Nagaputra. S.Th., M.A.C.M

Rabu, 30 Mei 2012

PERNIKAHAN

Pernikahan adalah suatu lembaga yang dibentuk. Terbentuknya lembaga ini adalah prakarsa dari Allah. Ia menciptakan manusia yang setara antara lelaki dan wanita, dan ciptaan ini di satukan menjadi satu daging. Kesedagingan  ini bukan terjadi dengan begitu saja namun perlu melalui suatu perjuangan dan perjuangan inilah yang tidak mudah.
Dalam menjalani kehidupan pernikahan, perjuangan penyatuan diri dalam kesedagingan kerap kali menimbulkan banyak masalah. Permasalahan timbul karena mereka yang menikah berasal dari latar belakang yang berbeda; beda budaya, beda suku, beda usia bahkan juga mempunyai perbedaan nilai yang dianut oleh keduanya. Mereka bersatu dalam pernikahan dengan membawa keperbedaan ini, dan waktu disatukan menjadi satu maka sudah dipastikan akan banyak timbul pergesekan di dalamnya.
Dengan demikian maka pernikahan bukanlah mudah tetapi harus mempersiapkan diri dalam pengenalan satu dengan lainnya yang mendalam. Harus mempunyai konsep yang benar mengenai pernikahan sesuai dengan norma-norma agama yang dianut. Harus berani menerima perbedaan dan mau melakukan atau mengerjakan perannya sebagai suami ataupun istri, serta tidak menuntut orang lain berubah melainkan tuntutlah diri untuk berubah, tidak berpikir untuk mendapatkan apa dari pasangan melainkan apa yang bisa saya berikan kepada pasangan.
Pasangan yang akan menikah akan sangat baik jika mengikuti kelas persiapan pernikahan, mempersiapkan diri dengan benar, sehingga mempunyai konsep pernikahan yang kuat dan tidak mudah menyerah dalam menjalani kehidupan pernikahannya.
Penuntutan diri sendiri adalah sangat mutlak, penguasaan emosi, pengendalian pikiran dan diri saat menghadapi situasi-situasi pernikahan yang tidak diharapkan.
Pernikahan akan terasa sangat indah dan bisa dinikmati oelh pasangan suami istri tatkala mereka mau menundukkan diri satu dengan yang lainnya dan bersama dengan pasangannya menundukkan diri dan bersandar kepada Tuhan.

oleh: Ev. Julimin Nagaputra. S.Th., M.A

Selasa, 22 Mei 2012

Kebersamaan Eunike

Perjalanan suatu pelayanan lambat laun akan semakin terasa berat. Entah dikarenakan kejenuhan ataukah beban berat tujuan yang akan dicapai. Namun dengan keteguhan hati dan kekompakan team inti dari Yayasan Eunike mencoba untuk terus merpertahankan semangat dan kekompakkan team didalam menjalankan pelayanannya. Tuhan sudah mempercayakan suatu tugas yang hari kehari semakin banyak. Tuhan megijinkan kita semua boleh berbagian dalam mengerjakan rencana Tuhan yang kekal ini, oleh sebab itu kita perlu untuk lebih mempersiapkan diri dalam hal semangat maupun kemampuan.
Tahun lalu Ketua Yayasan Eunike bpk Christian Kartawijaya  melepaskan jabatannya untuk melanjutkan study ke Texas Amerika bersama dengan istri pendiri dari yayasan Eunike yaitu ibu Anne Kartawijaya. Kepemimpinan dilanjuti oleh bapak Dodi Pramono yang mempunyai semangat yang tidak kalah dengan mantan ketua apalagi di dukung oleh istri yang setia Yani Suhadi sebagai pembicara awam yang handal.
Team Eunike menyadari perlunya kekompakan dan semangat maka pada bulan May ini team inti beserta dengan hamba Than full time  bersama-sama berlibur kepulau dewata Bali. Selama 5 malam, Tuhan ijinkan kami semua bersama menikmati alam ciptaan Tuhan yang demikian indah. Indahnya alam bawah laut di Padang Bai, Senangnya mengarungi debur ombak di pantai Kuta, ketenangan laut di Sanur dengan latar belakang gunung Agung, ke esotikan dari Tanah Lot serta artistiknya Ubud serta nikmatnya hidangan laut di Jimbaran  melengkapi semua kenikmatan selama berada di Bali.
Kami telah kembali ke Jakarta, dengan semangat baru melanjutkan peran yang Tuhan berikan kepada kami.