Rabu, 26 November 2008

Apakah Meminta Maaf Harus Selalu Diucapkan?


Bolehkah kita membiarkan anak menunjukkan permintaan maafnya dengan sikap saja?”

Eko bukannya tidak mau minta maaf, tetapi caranya minta maaf tidak dengan berkata “saya minta maaf” melainkan dengan sikap. Misalnya tiba-tiba memeluk Ibunya, atau tahu-tahu membantu tanpa disuruh.... 

 Apakah orangtua tetap perlu memaksa anak berkata 'maaf'?

 Ada orang yang bilang kalau minta maaf itu harus diucapkan. Karena kalau belum bisa bilang “maaf” berarti hatinya belum beres. Ada lagi yang punya pendapat, minta maaf boleh-boleh saja ditunjukkan dengan sikap. Karena ia pun perlu mengumpulkan keberanian lebih dulu sebelum berbuat baik sebagai ungkapan maafnya.

 Jadi, sebaiknya bagaimana? 

Dalam hal ini perbedaan usia anak perlu menjadi pertimbangan kita. Sewaktu anak masih kecil, memang kita perlu tanamkan dan bentuk kebiasaan berkata 'maaf' jika ia salah. Namun, ketika anak mulai puber, biasanya harga diri anak semakin tinggi sehingga rasa gengsinya juga semakin tinggi. Nah, pada masa itu dia mungkin membutuhkan waktu lebih lama sebelum dapat berkata 'maaf', meskipun sejak kecil sudah diajarkan hal itu.Selain itu, anak juga bisa merasa lebih 'malu' untuk berkata maaf sehingga mereka lebih nyaman menunjukkannya dengan sikap atau perbuatan.

Jadi, orangtua tidak perlu memaksa anak untuk berkata 'maaf', lebih baik orangtua berempati atau menunjukkan pengertian, misalnya dengan cara memberi waktu pada anak dan menerima jika ia minta maaf dengan sikapnya.

Kita bisa berkata, ”Papa/Mama tahu kamu mau minta maaf kan, makanya kamu bersikap begini. Tapi sebenarnya Papa/Mama lebih senang kalau kamu seperti dulu, bilang maaf secara langsung.” Atau kita berkata,”Papa/ Mama lihat kamu mungkin merasa lebih enak kalau minta maaf dengan bersikap baik. Papa/Mama memaafkan kamu, tetapi sebenarnya kami lebih senang kalau kamu bilang secara langsung.”

Di sini kita mau menunjukkan pada anak bahwa kita mengerti mereka tetapi juga mendorong mereka untuk mau berkata “maaf”. 

Memaksa anak hanya akan membuat permintaan maaf menjadi suatu tuntutan. Bukannya membuatnya sadar tetapi jangan-jangan malah mendorongnya menjadi anak yang jaim alias jaga image atau hanya kelihatan baik di luar saja sedangkan dalamnya tidak.

oleh: Ev. Esther Gunawan M.K


Rabu, 19 November 2008

Harus Bagaimana....?

Situasi ekonomi semakin memburuk, tidak hanya di Indonesia bahkan diseluruh dunia mengalami resesi, sungguh membuat setiap orang merasa cemas dan panik.

Celakanya kecemasan dan kepanikan ini ternyata berakibat di semua sektor kehidupan kita, relasi suami istri menjadi tidak harmonis, relasi dengan anak-anak tidak lagi menyenangkan, di rumah pusing, di kantor pusing dimana-mana pusing, belum lagi ditambah jika ada anggota keluarga yang sakit aduh bertambah pusinglah kita.

Sebagai pasangan suami istri didalam Tuhan, kita harus mewaspadai ini, karena tidak sedikit yang akhirnya menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan akhirnya berbuntut pada perceraian. sungguh mengerikan!

beberapa tips yang mungkin bisa kita lakukan untuk mencegah hal ini agar tidak terjadi pada keluarga kita yaitu:

  1. Perkuatlah "oneness" kita /kesedagingan kita sebagai suami istri yaitu segala masalah marilah hadapi berdua, karena kita bukan lagi dua melainkan satu, dan berdua akan lebih ringan dibanding ditanggung sendiri.
  2. Jangan sandarkan pada pengertianmu sendiri tetapi mintalah hikmat Allah dan juga masukan dari pasanganmu walau mungkin itu bukan bidang dari pasanganmu tetapi mungkin saja ia akan memberikan bantuan moril atau dari segi lain.
  3. Belajarlah mengerti situasi yang sedang dialami oleh pasanganmu, sehingga jika pasangan mengajak diskusi kita bisa dengan segra berdiskusi
  4. Jangan malu dan sungkan meminta pertolongan jika itu perlu dan jangan menunda-nunda sehingga masalah semakin rumit.
  5. Ingat Iblis sedang mencari kesempatan dalam kelemahan kita oleh karena itu jangan lengah, bersandar pada Tuhan dan berdoa selalu

Tuhan memberkati

Ev.Julimin Nagaputra. S.Th., MACM.

Bagaimana Mengajarkan Anak Berkata Maaf?


“Ayo, minta maaf dulu!” kata Bu Jerni pada Sabrina anaknya yang kelas 4 SD. Sabrina menutup mulutnya rapat-rapat. Ketika Mamanya tetap mendesak, Sabrina malah menangis dan tetap tidak mau berkata “maaf’”.

 Bu Jerni jadi pusing. Sebagai orangtua ia ingin anaknya dapat meminta maaf dengan benar. Dia berkata,”Anak saya itu bilang maaf aja kok susah amat.”

 Bagaimana mengajarkan anak supaya mau minta maaf?

  1. yg perlu disadari orangtua adalah meminta maaf bukanlah suatu tuntutan, melainkan kesadaran bahwa anak telah menyadari dan mengakui kesalahannya. Jika minta maaf hanya sebagai tuntutan, anak akhirnya berkata maaf sekedar untuk menyenangkan orang saja, padahal dalam hatinya tidak mau. 
  2. ajarkan anak sejak dini atau sejak ia sudah bisa berbicara, untuk mau berkata maaf jika ia salah. Lama kelamaan akan terbentuk kebiasaan tsb dalam diri anak.
  3.  jelaskan pada anak bahwa meminta maaf hendaknya keluar dari hati dan bukan sekedar ucapan di bibir. “Karena apa yang keluar dari mulut berasal dari hati”.
  4. berilah contoh pada anak bahwa orangtua pun mau berkata maaf. Perbuatan orangtua biasanya lebih berpengaruh daripada hanya nasehat.
  5. jika anak bersikeras menolak meminta maaf, berilah anak waktu. Bisa juga anak diminta untuk merenungkan perbuatannya. Jika anak sudah bisa berdoa, suruhlah dia berdoa pada Tuhan untuk menolongnya mengerti apa yang sebaiknya ia lakukan.

Oleh: Ev. Esther Gunawan M.K