Selasa, 16 Desember 2008

PENGARUH ORANGTUA YG MENUNTUT/ PERFECTIONIST PADA ANAK


Papanya Sarah heran mengapa dia dianggap menuntut anak dan perfectionist. Katanya, ”Saya nggak menuntut kok. Saya cuma kasih saran supaya dia jadi lebih baik.” 

 Para orangtua seperti Papanya Sarah biasanya tidak menyadari perilaku tsb, juga tidak terpikir dampak negatifnya. Itu sebabnya mereka pun tidak berusaha memperbaiki atau mengubahnya. Malah ada yang justru semakin menuntut, dan kalau perlu menambah hukuman, sampai dilihatnya anak berubah. Tentu saja berubah sesuai dengan standart mereka. 

 Pengaruh atau dampak sikap ortu itu cenderung negatif dan bisa menghambat perkembangan anak, seperti yang terjadi pada Sarah di bawah ini :

 Sarah tahu bahwa Papa selalu ikut campur dan mengatur itu untuk kebaikannya. Sarah juga tahu bahwa Papa sangat sayang padanya. “Saya tahu Papa ingin saya tiap minggu ke gereja, mandi tepat waktu, jadi anak yang jujur, rajin belajar...” 

 Ia pun berusaha untuk menuruti apa kata Papa, tetapi lama kelamaan ia merasa frustrasi karena sepertinya apa pun yang ia lakukan tidak pernah bisa menyenangkan hati Papanya. Padahal ingin sekali ia melihat orangtuanya senang dan bangga padanya. 

 Ia menjadi mudah cemas dan kuatir dan selain itu sering merasa bersalah. Ia tidak tahu mengapa. Sering juga ia merasa Papanya tidak percaya padanya, dengan berkata “Kamu nggak berusaha sungguh-sungguh, kalau kamu begitu berarti nggak sayang Papa...” dan hal itu membuatnya sakit hati. 

 Ketika remaja, ia menjadi kurang mandiri dan kurang punya inisiatif karena takut salah, takut nanti Papa marah, takut orang lain tidak suka padanya, takut.... Itu sebabnya sebentar-sebentar ia bertanya pada ortu. Kalau sudah begitu, Papanya juga marah. Kok kamu kayak nggak punya inisiatif, tanya Papa terus? Kamu dong yang putuskan! 

 Akhirnya sekarang ia justru bersikap membandel dan cuek dengan omongan orangtuanya. “Habis serba salah, mungkin Papa nggak benar-benar sayang sama saya...” Tampaknya ini adalah bentuk kemarahan Sarah yang terpendam.

 Bagi setiap orangtua, ingatlah firman Tuhan dalam Efesus 6 : 4, yang mengatakan : “Hai kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu....” Kemarahan bisa timbul dalam hati anak kalau ia merasa diperlakukan tidak adil dan karena mendapat ganjaran yang lebih daripada seharusnya. Orangtua yang sering menuntut anak tanpa disadari memberi tekanan yang dirasakan anak melebihi kemampuannya.

Oleh: Ev. Esther Gunawan M.K

CIRI-CIRI ORANGTUA YG SERING MENUNTUT DAN PERFECTIONIST


Sarah mengaku stress tiap kali dekat Papanya. “Papa tuh aturannya banyak…Harus begini, harus begitu, nggak boleh ini, nggak boleh itu… Pokoknya nggak pernah puas dengan apa pun yang aku kerjakan. Ada aja deh kurangnya….” Keluh Sarah. 
 Papanya Sarah termasuk orangtua yang menuntut dan cenderung perfectionist. Sebenarnya apa saja ciri-ciri orangtua yang termasuk kategori tsb?

  • Selalu berhasil menemukan kesalahan anak, betapa pun kecilnya, dan menunjukkannya pada anak.
  • Membesar-besarkan kesalahan anak dan merasa harus mengatakannya berulang-ulang.
  • Lebih tertarik dan bersemangat membahas kekurangan anak dan tidak percaya ketika orang bilang “tidak ada lagi”.
  • Sulit melihat kelebihan/kebaikan anak, dan sekalipun tahu selalu saja dianggap kurang.
  • Sering mengkoreksi ide anak, perilakunya, dan apa pun yang anak lakukan.
  • Kurang memberi pujian karena berpikir takut anak jadi manja dan besar kepala.
  • Memberikan aturan yang ketat, termasuk etika sopan-santun, yang harus diikuti sesuai dengan standart orangtua.
  • Percaya bahwa hukuman dan celaan adalah cara efektif untuk memotivasi anak.
  • Jarang sekali menerima pendapat anak dan selalu keluar sebagai pemenang dalam perdebatan dengan anak.
  • Tidak tahan untuk tidak ikut campur dengan urusan anak, bahkan sampai hal-hal sepele.
  • Seringkali memberikan nasehat, termasuk pada hari Minggu dan saat santai, bahkan ketika anak ada di negara lain
  • Terlalu kuatir dengan perkembangan anak dan pesimis dengan masa depan anak sehingga sering mengeluh
  • jarang bercanda dengan anak dan kurang humoris

oleh: Ev. Esther Gunawan M.K