Rabu, 20 Juni 2012

Pengembangan diri dalam pelayanan


Pengembangan diri sangat diperlukan setiap orang dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Seorang pekerja dalam meniti kariernya akan selalu berusaha mengembangkan dirinya dalam segala hal sehingga memungkinkan dirinya mendapat promosi dalam jabatannya. Begitu pula dalam melayani TUhan, Pelayanan yang dilakukan adalah suatu anugrah kepercayaan dari Allah kepada umatNYA, dengan demikian pelayanan itu adalah suatu kehormatan maka harus dilakukan dengan kesungguhan hati. Setiap umat yang melayani harus mengembangkan diri semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi Allahnya.
Yayasan Eunike bersyukur dengan pemimpinnya yang terus belajar dan mengembangkan diri memajukan pelayanan TUhan dalam wadah yayasan ini.  Tidak hanya pimpinan begitu juga para hamba Tuhan yang melayani juga mengembangkan diri dalam bidangnya masing-masing.  Kali ini kami bersyukur dengan kembalinya pimpinan kami dalam libur semesternya dengan memberikan beberapa pembinaan bagi seluruh pemimpin Yayasan Eunike.  Bapak Christian Kartawijaya  dan Ibu Anne Kartawijaya yang sedang melanjutkan study di Texas America pulang dengan memberikan pelatihan kepada seluruh pemimpin Kelompok Tumbuh Bersama dengan  materi pengembangan diri.
Pelatihan dibuka dengan pembahasan dari kitab Pengkotbah pasal 3:1,11 dan 14, bahwa segala sesuatu ada masanya, dan Tuhan membuat segala sesuatu itu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka, tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Itulah kesulitasn manusia tidak belajar untuk mengerti dan menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah.  Manusia seringkali menyia-nyiakan waktunya, padahal waktu berjalan terus.
Manusia perlu menyadari bahwa setiap saat atau  moment adalah sangat penting , atau akan menjadi hal yang paling penting bagi hidup kita, masalahnya adalah bagaimana mengisinya. Secara keberdosaan manusia masuk dalam kehidupan yang penuh kesia-siaan  kecuali manusia mengisi dan menghidupinya didalam anugrah Allah, lepas dari Allah hanya akan menjumpai kesia-siaan. Diluar Allah segala sesuatu menjadi tidaklah berarti, dan kunci hidup di dalam Allah adalah tunduk dan takut padaNYA dan penyatuan diri kedalam diri anak Allah (Tuhan Yesus) adalah kunci menuju ke tidak sia-siaan.
Melayani Tuhan manusia seringkali harus bersentuhan dengan manusia lain dalam bersinergi . Networking ataupun team dalam pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam melayani Tuhan memberitakan kerajaanNYA. Dalam kerja sama inilah setiap manusia harus belajar secara pribadi mengenal akan dirinya dan mengembangkannya.
Dalam hal ini Christian menjelaskan lebih rinci  bahwa didalam pelayanan di perlukan sinergi yang dinamik, dimana dalam setiap kompenen yang bersinergi member I tekanannya masing-masing. Menurutnya dalam setiap kelompok orang yang melayani maka akan terbagi menjadi 3 kelopk jenis orang yaitu:

1.       Kelompok Thinker
2.       Kelompok Feeler
3.       Kelompok Doer
Kelompok Thinker adalah kelompok orang yang dalam pelayanannya seringkali lebih mengutamakan penggunaan pikiran ( Think)  mereka dalam pelayanan akan:
a.       To Know
b.      Understand
c.       Analyze
Kelompok Feeler adalah kelompok pelayan yang selalu menekankan sisi emotional mereka, penekanan pada Emosi hidup manusia:
a.       To like (suka)
b.      To Prefer (lebih menyukai)
c.       Treasure ( Menyimpan)
Kelompok Doer adalah kelompok yang menekankan bagian tingkah laku hidup manusia:
a.       To be able (mampu)
b.      Excell (mahir)
c.       Master
Namun harus disadari bahwa setiap manusia sebenarnya mempunyai ke 3 unsur ini namun ada satu yang akan lebih menonjol dari orang tersebut
 
Pengembangan diri sangat diperlukan setiap orang dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Seorang pekerja dalam meniti kariernya akan selalu berusaha mengembangkan dirinya dalam segala hal sehingga memungkinkan dirinya mendapat promosi dalam jabatannya. Begitu pula dalam melayani TUhan, Pelayanan yang dilakukan adalah suatu anugrah kepercayaan dari Allah kepada umatNYA, dengan demikian pelayanan itu adalah suatu kehormatan maka harus dilakukan dengan kesungguhan hati. Setiap umat yang melayani harus mengembangkan diri semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi Allahnya.
Yayasan Eunike bersyukur dengan pemimpinnya yang terus belajar dan mengembangkan diri memajukan pelayanan TUhan dalam wadah yayasan ini.  Tidak hanya pimpinan begitu juga para hamba Tuhan yang melayani juga mengembangkan diri dalam bidangnya masing-masing.  Kali ini kami bersyukur dengan kembalinya pimpinan kami dalam libur semesternya dengan memberikan beberapa pembinaan bagi seluruh pemimpin Yayasan Eunike.  Bapak Christian Kartawijaya  dan Ibu Anne Kartawijaya yang sedang melanjutkan study di Texas America pulang dengan memberikan pelatihan kepada seluruh pemimpin Kelompok Tumbuh Bersama dengan  materi pengembangan diri.
Pelatihan dibuka dengan pembahasan dari kitab Pengkotbah pasal 3:1,11 dan 14, bahwa segala sesuatu ada masanya, dan Tuhan membuat segala sesuatu itu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka, tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Itulah kesulitasn manusia tidak belajar untuk mengerti dan menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah.  Manusia seringkali menyia-nyiakan waktunya, padahal waktu berjalan terus.
Manusia perlu menyadari bahwa setiap saat atau  moment adalah sangat penting , atau akan menjadi hal yang paling penting bagi hidup kita, masalahnya adalah bagaimana mengisinya. Secara keberdosaan manusia masuk dalam kehidupan yang penuh kesia-siaan  kecuali manusia mengisi dan menghidupinya didalam anugrah Allah, lepas dari Allah hanya akan menjumpai kesia-siaan. Diluar Allah segala sesuatu menjadi tidaklah berarti, dan kunci hidup di dalam Allah adalah tunduk dan takut padaNYA dan penyatuan diri kedalam diri anak Allah (Tuhan Yesus) adalah kunci menuju ke tidak sia-siaan.
Melayani Tuhan manusia seringkali harus bersentuhan dengan manusia lain dalam bersinergi . Networking ataupun team dalam pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam melayani Tuhan memberitakan kerajaanNYA. Dalam kerja sama inilah setiap manusia harus belajar secara pribadi mengenal akan dirinya dan mengembangkannya.
Dalam hal ini Christian menjelaskan lebih rinci  bahwa didalam pelayanan di perlukan sinergi yang dinamik, dimana dalam setiap kompenen yang bersinergi member I tekanannya masing-masing. Menurutnya dalam setiap kelompok orang yang melayani maka akan terbagi menjadi 3 kelopk jenis orang yaitu:
1.       Kelompok Thinker
2.       Kelompok Feeler
3.       Kelompok Doer
Kelompok Thinker adalah kelompok orang yang dalam pelayanannya seringkali lebih mengutamakan penggunaan pikiran ( Think)  mereka dalam pelayanan akan:
a.       To Know
b.      Understand
c.       Analyze
Kelompok Feeler adalah kelompok pelayan yang selalu menekankan sisi emotional mereka, penekanan pada Emosi hidup manusia:
a.       To like (suka)
b.      To Prefer (lebih menyukai)
c.       Treasure ( Menyimpan)
Kelompok Doer adalah kelompok yang menekankan bagian tingkah laku hidup manusia:
a.       To be able (mampu)
b.      Excell (mahir)
c.       Master
Namun harus disadari bahwa setiap manusia sebenarnya mempunyai ke 3 unsur ini namun ada satu yang akan lebih menonjol dari orang tersebut
 
Pengembangan diri sangat diperlukan setiap orang dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Seorang pekerja dalam meniti kariernya akan selalu berusaha mengembangkan dirinya dalam segala hal sehingga memungkinkan dirinya mendapat promosi dalam jabatannya. Begitu pula dalam melayani TUhan, Pelayanan yang dilakukan adalah suatu anugrah kepercayaan dari Allah kepada umatNYA, dengan demikian pelayanan itu adalah suatu kehormatan maka harus dilakukan dengan kesungguhan hati. Setiap umat yang melayani harus mengembangkan diri semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi Allahnya.
Yayasan Eunike bersyukur dengan pemimpinnya yang terus belajar dan mengembangkan diri memajukan pelayanan TUhan dalam wadah yayasan ini.  Tidak hanya pimpinan begitu juga para hamba Tuhan yang melayani juga mengembangkan diri dalam bidangnya masing-masing.  Kali ini kami bersyukur dengan kembalinya pimpinan kami dalam libur semesternya dengan memberikan beberapa pembinaan bagi seluruh pemimpin Yayasan Eunike.  Bapak Christian Kartawijaya  dan Ibu Anne Kartawijaya yang sedang melanjutkan study di Texas America pulang dengan memberikan pelatihan kepada seluruh pemimpin Kelompok Tumbuh Bersama dengan  materi pengembangan diri.
Pelatihan dibuka dengan pembahasan dari kitab Pengkotbah pasal 3:1,11 dan 14, bahwa segala sesuatu ada masanya, dan Tuhan membuat segala sesuatu itu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka, tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Itulah kesulitasn manusia tidak belajar untuk mengerti dan menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah.  Manusia seringkali menyia-nyiakan waktunya, padahal waktu berjalan terus.
Manusia perlu menyadari bahwa setiap saat atau  moment adalah sangat penting , atau akan menjadi hal yang paling penting bagi hidup kita, masalahnya adalah bagaimana mengisinya. Secara keberdosaan manusia masuk dalam kehidupan yang penuh kesia-siaan  kecuali manusia mengisi dan menghidupinya didalam anugrah Allah, lepas dari Allah hanya akan menjumpai kesia-siaan. Diluar Allah segala sesuatu menjadi tidaklah berarti, dan kunci hidup di dalam Allah adalah tunduk dan takut padaNYA dan penyatuan diri kedalam diri anak Allah (Tuhan Yesus) adalah kunci menuju ke tidak sia-siaan.
Melayani Tuhan manusia seringkali harus bersentuhan dengan manusia lain dalam bersinergi . Networking ataupun team dalam pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam melayani Tuhan memberitakan kerajaanNYA. Dalam kerja sama inilah setiap manusia harus belajar secara pribadi mengenal akan dirinya dan mengembangkannya.
Dalam hal ini Christian menjelaskan lebih rinci  bahwa didalam pelayanan di perlukan sinergi yang dinamik, dimana dalam setiap kompenen yang bersinergi member I tekanannya masing-masing. Menurutnya dalam setiap kelompok orang yang melayani maka akan terbagi menjadi 3 kelopk jenis orang yaitu:
1.       Kelompok Thinker
2.       Kelompok Feeler
3.       Kelompok Doer
Kelompok Thinker adalah kelompok orang yang dalam pelayanannya seringkali lebih mengutamakan penggunaan pikiran ( Think)  mereka dalam pelayanan akan:
a.       To Know
b.      Understand
c.       Analyze
Kelompok Feeler adalah kelompok pelayan yang selalu menekankan sisi emotional mereka, penekanan pada Emosi hidup manusia:
a.       To like (suka)
b.      To Prefer (lebih menyukai)
c.       Treasure ( Menyimpan)
Kelompok Doer adalah kelompok yang menekankan bagian tingkah laku hidup manusia:
a.       To be able (mampu)
b.      Excell (mahir)
c.       Master
Namun harus disadari bahwa setiap manusia sebenarnya mempunyai ke 3 unsur ini namun ada satu yang akan lebih menonjol dari orang tersebut
 
Identifikasikan diri kita ada dimana
Ciri Khas seorang Thinker: Seperti sebuah perpustakaan, semua ada dan maunya banyak. Mereka mementingkan: Fakta, Konsep, Prinsip, Konteks, Aplikasi, Studi kata, dan hubungan anta ride-ide.
Ciri seorang Feeler (Love) : kelompok ini lebih menyukai suasana yang hangat dan panas (camp Fire), baginya learning is emotional, celebrative, warm. Pendekatannya: Mementingkan pengalaman, suasana yang hangat, nilai bersifat personal, passionate devotion, bebas bertanya, senang sharing menceritakan pengalaman, senang berelasi dengan banyak orang.
Ciri seorang  Doer: Lebih seperti laboratorium dan bengkel kerja, mereka mementingkan hal-hal yang bersifat praktis, action, kompetensi, proyek-proyek, hasil-hasil, Efisiensi, menguasai skill tertentu.
Contoh pendekatan pelayanan mereka jiak melayani sebagai pengajar:

Seorang Thinker sebagaai pengajar makaa ia akan banyak mempersiapkan tentang prinsip-prinsip dan konteksnya serta bagaimana aplikasinya, orang thinker akan memakan waktu yang sangat lama dalam persiapan. Aplikasi mereka umumnya kurang praktis sangat teoritis, kelompok ini jika berkerja sama dengan kelompok feeler maka akan banyak kendala, kelompok feeler sulitb menerima mereka.
JIka seorang Feeler yang menjadi pengajar , maka didalam pengajarannya sangat mementingkan relationship, ini menjadi yang utama namun ada kebahayaannya yaitu: Kehangatan basa basi dalam pengertian tidak terlalu dalam, tidak ada koneksi dengan firman Tuhan, baginya Extreme learning is superficial and self centered.]
Seorang Doer yang menjadi pengajar maka baginya Extreme learning is repetitive and task oriented. Dari ke 3 nya maka di simpulkan Thinker: Explainer, Feeler: Fasilitator, Doer adalah coach. Diharapka dengan mempelajari ini maka kita lebih dapat mengembangkan peran pribadi kita didalam setiap pelayananan. Tidak menjadi masalah dengan kelompok mana kita bekerja sama karena kita belajar mengembangkan ketiga hal ini dalam hidup kita.

Oleh: Ev Julimin Nagaputra. S.Th., M.A.C.M  sumber dari bahan ceramah dari bapak Christian Kartawijaya. MBA di Jakarta Garden City Sabtu , 16 Juli 2012

Identifikasikan diri kita ada dimana
Ciri Khas seorang Thinker: Seperti sebuah perpustakaan, semua ada dan maunya banyak. Mereka mementingkan: Fakta, Konsep, Prinsip, Konteks, Aplikasi, Studi kata, dan hubungan anta ride-ide.
Ciri seorang Feeler (Love) : kelompok ini lebih menyukai suasana yang hangat dan panas (camp Fire), baginya learning is emotional, celebrative, warm. Pendekatannya: Mementingkan pengalaman, suasana yang hangat, nilai bersifat personal, passionate devotion, bebas bertanya, senang sharing menceritakan pengalaman, senang berelasi dengan banyak orang.
Ciri seorang  Doer: Lebih seperti laboratorium dan bengkel kerja, mereka mementingkan hal-hal yang bersifat praktis, action, kompetensi, proyek-proyek, hasil-hasil, Efisiensi, menguasai skill tertentu.
Contoh pendekatan pelayanan mereka jiak melayani sebagai pengajar:

Seorang Thinker sebagaai pengajar makaa ia akan banyak mempersiapkan tentang prinsip-prinsip dan konteksnya serta bagaimana aplikasinya, orang thinker akan memakan waktu yang sangat lama dalam persiapan. Aplikasi mereka umumnya kurang praktis sangat teoritis, kelompok ini jika berkerja sama dengan kelompok feeler maka akan banyak kendala, kelompok feeler sulitb menerima mereka.
JIka seorang Feeler yang menjadi pengajar , maka didalam pengajarannya sangat mementingkan relationship, ini menjadi yang utama namun ada kebahayaannya yaitu: Kehangatan basa basi dalam pengertian tidak terlalu dalam, tidak ada koneksi dengan firman Tuhan, baginya Extreme learning is superficial and self centered.]
Seorang Doer yang menjadi pengajar maka baginya Extreme learning is repetitive and task oriented. Dari ke 3 nya maka di simpulkan Thinker: Explainer, Feeler: Fasilitator, Doer adalah coach. Diharapka dengan mempelajari ini maka kita lebih dapat mengembangkan peran pribadi kita didalam setiap pelayananan. Tidak menjadi masalah dengan kelompok mana kita bekerja sama karena kita belajar mengembangkan ketiga hal ini dalam hidup kita.,
Oleh: Ev Julimin Nagaputra. S.Th., M.A.C.M  sumber dari bahan ceramah dari bapak Christian Kartawijaya. MBA di Jakarta Garden City Sabtu , 16 Juli 2012

Identifikasikan diri kita ada dimana
Ciri Khas seorang Thinker: Seperti sebuah perpustakaan, semua ada dan maunya banyak. Mereka mementingkan: Fakta, Konsep, Prinsip, Konteks, Aplikasi, Studi kata, dan hubungan anta ride-ide.
Ciri seorang Feeler (Love) : kelompok ini lebih menyukai suasana yang hangat dan panas (camp Fire), baginya learning is emotional, celebrative, warm. Pendekatannya: Mementingkan pengalaman, suasana yang hangat, nilai bersifat personal, passionate devotion, bebas bertanya, senang sharing menceritakan pengalaman, senang berelasi dengan banyak orang.
Ciri seorang  Doer: Lebih seperti laboratorium dan bengkel kerja, mereka mementingkan hal-hal yang bersifat praktis, action, kompetensi, proyek-proyek, hasil-hasil, Efisiensi, menguasai skill tertentu.
Contoh pendekatan pelayanan mereka jiak melayani sebagai pengajar:

Seorang Thinker sebagaai pengajar makaa ia akan banyak mempersiapkan tentang prinsip-prinsip dan konteksnya serta bagaimana aplikasinya, orang thinker akan memakan waktu yang sangat lama dalam persiapan. Aplikasi mereka umumnya kurang praktis sangat teoritis, kelompok ini jika berkerja sama dengan kelompok feeler maka akan banyak kendala, kelompok feeler sulitb menerima mereka.
JIka seorang Feeler yang menjadi pengajar , maka didalam pengajarannya sangat mementingkan relationship, ini menjadi yang utama namun ada kebahayaannya yaitu: Kehangatan basa basi dalam pengertian tidak terlalu dalam, tidak ada koneksi dengan firman Tuhan, baginya Extreme learning is superficial and self centered.]
Seorang Doer yang menjadi pengajar maka baginya Extreme learning is repetitive and task oriented. Dari ke 3 nya maka di simpulkan Thinker: Explainer, Feeler: Fasilitator, Doer adalah coach. Diharapka dengan mempelajari ini maka kita lebih dapat mengembangkan peran pribadi kita didalam setiap pelayananan. Tidak menjadi masalah dengan kelompok mana kita bekerja sama karena kita belajar mengembangkan ketiga hal ini dalam hidup kita.,
Oleh: Ev Julimin Nagaputra. S.Th., M.A.C.M  sumber dari bahan ceramah dari bapak Christian Kartawijaya. MBA di Jakarta Garden City Sabtu , 16 Juli 2012

Jumat, 08 Juni 2012

Motivasi dalam Memotivasi


Motivasi adalah sesuatu hal yang sangat baik dan mendorong seseorang mencapai sesuatu target yang di berikan. Motivasi ini sangat berperan menjadi apa seseorang kelak di kemudian hari. Ada orang memulai sesuatu rencana jika di kendalikan oleh motivasi yang salah dan buruk maka akan menjadikan orang tersebut tidak baik, sebaliknya jika seseorang mempunyai motivasi yang baik umumnya menghasilkan sesuatu yang baik. Motivasi ini juga sangat erat hubungannya dengan system nilai yang di miliki oleh seseorang. Nilai inilah yang akan mengendalikan dan mewarnai motivasi dalam diri seseorang. Selain dari itu, pandangan kedepan dari  seseorang itu juga mengambil peran dari motivasi orang tersebut, jika kita mempunyai pandangan yang positip dan didasari nilai yang positip akan membuat satu tujuan yang positip pula. Misalnya seseorang  yang selalu pesimis dan takut akan masa depan, lalu mempunyai system nilai bahwa uang adalah segalanya dan akan menyelesaikan banyak masalah, maka didalam hidupnya orang tersebut akan di motivasi untuk menjadi kaya, dan dengan kekayaan yang ia miliki dirasa memberikan ketenangan menghadapi hari esok. Karena termotivasi untuk menjadi kaya maka ia mempunyai kecendrungan melakukan apa saja asal ia bisa menjadi kaya. Inilah salah satu sisi buruknya.
Waktu berbicara mengenai kehidupan keluarga, maka motivasi juga memegang peran yang sangat tinggi bagi kelangsungan hidup berkeluarga orang tersebut. Awalnya yang perlu dipertanyakan adalah apa yang memotivasi kamu untuk menikah, atau disederhanakan pertanyaannya menjadi: “Mengapa kamu menikah” dari jawaban pertanyaan ini saja sudah dapat diketahui motivasinya dan apa yang akan terjadi dalam kehidupan berkeluarganya, walau tidak sedetail-detailnya.
Hal yang penting yang akan di bicarakan disini adalah berkenaan dengan mendidik dan membesarkan anak-anak kita. Setiap orang tua menginginkan anaknya bertumbuh menjadi anak yang taat, anak yang mencintai Tuhan. Anak yang di kehidupannya kelak berguna bagi Negara, mengharumkan nama keluarga. Semua yang disebut tadi adalah angan-angan dari kebanyakan orang tua, namun kondisi dari tiap keluarga, pandangan dan system nilainya berbeda dan akan menimbulkan banyak perbedaan dalam mereka memotivasi anak-anaknya untuk maju.
Pertanyaannya sekarang bagi kita adalah, apa motivasi kita dalam memotivasi anak-anak kita. Apakah sebenarnya kita memotivasi anak-anak kita untuk  meneruskan hasrat dan cita-cita kita yang belum selesai. Satu kali seorang ayah mendorong anaknya untuk terus kuliah keperguruan tinggi, kalau perlu terus sampai S2 atau S3 karena dulu papanya tidak ada kesempatan untuk melanjutkan sekolah keperguruan tinggi, bagi dia itulah kebanggan jika bisa masuk dan selesaikan keperguruan tinggi, maka dia akan terus memotivasi anak-anaknya kuliah ke Perguruan Tinggi. Kasus lain adalah kebanyakan anak les music, sebagian karena itu trend sehingga banyak ibu-ibu muda juga ingin anaknya menguasai aat music sebagian karena memang meihat bakat si anak, namun ada juga yang karena keinginan hatinya yang dulu tidak tersampaikan.
Jadi, sekarang yang terpenting adalah mari kita jujur kepada diri sendiri. Apa yang menjadi kendala didalam kita menjalani kehidupan ini, dan apa yang sedang kita cari di dalam kehidupan ini. Saat ini setelah kita memiliki anak, apa yang akan kau lakukan dan apa yang ingin kau wariskan bagi anak-anakmu kelak. Kebanyakan orang akan memikirkan hal-hal yang bersifat materi sebagai warisan bagi anak-anaknya. Ada yang mewariskan pelbagai macam imu sebagai dasar kehidupannya kelak, namun semuanya itu akan berakhir. Adakah dari kita yang memikirkan warisan yang kekal bagi anak-anak kita. Warisan yang kekal adalah menerima dan mencintai Allah seumur hidup mereka. Bagaimana kita memotivasi anak-anak kita untuk terus bertumbuh secara spiritualitas, membawa mereka untuk melihat kebenaran sehingga memotivasi mereka untuk mencintai Tuhan seumur hidup mereka.
Marilah kita berdoa dan meminta Tuhan memurnikan motivasi kita didalam memotivasi anak-anak ita didalam pertumbuhan mereka, lebih mengutamakan pertumbuhan spiritualitas ketimbang hal-hal lainnya. Tuhan memberkati

Oleh: Ev. Julimin Nagaputra. S.Th., M.A.C.M