Pengembangan
diri sangat diperlukan setiap orang dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Seorang pekerja dalam meniti kariernya akan selalu berusaha mengembangkan
dirinya dalam segala hal sehingga memungkinkan dirinya mendapat promosi dalam
jabatannya. Begitu pula dalam melayani TUhan, Pelayanan yang dilakukan adalah
suatu anugrah kepercayaan dari Allah kepada umatNYA, dengan demikian pelayanan
itu adalah suatu kehormatan maka harus dilakukan dengan kesungguhan hati.
Setiap umat yang melayani harus mengembangkan diri semaksimal mungkin untuk
memberikan pelayanan yang terbaik bagi Allahnya.
Yayasan
Eunike bersyukur dengan pemimpinnya yang terus belajar dan mengembangkan diri
memajukan pelayanan TUhan dalam wadah yayasan ini. Tidak hanya pimpinan begitu juga para hamba
Tuhan yang melayani juga mengembangkan diri dalam bidangnya masing-masing. Kali ini kami bersyukur dengan kembalinya
pimpinan kami dalam libur semesternya dengan memberikan beberapa pembinaan bagi
seluruh pemimpin Yayasan Eunike. Bapak
Christian Kartawijaya dan Ibu Anne
Kartawijaya yang sedang melanjutkan study di Texas America pulang dengan
memberikan pelatihan kepada seluruh pemimpin Kelompok Tumbuh Bersama
dengan materi pengembangan diri.
Pelatihan
dibuka dengan pembahasan dari kitab Pengkotbah pasal 3:1,11 dan 14, bahwa
segala sesuatu ada masanya, dan Tuhan membuat segala sesuatu itu indah pada
waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka, tetapi manusia
tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Itulah kesulitasn manusia tidak belajar untuk mengerti dan menyelami pekerjaan
yang dilakukan Allah. Manusia seringkali
menyia-nyiakan waktunya, padahal waktu berjalan terus.
Manusia
perlu menyadari bahwa setiap saat atau moment adalah sangat penting , atau akan
menjadi hal yang paling penting bagi hidup kita, masalahnya adalah bagaimana
mengisinya. Secara keberdosaan manusia masuk dalam kehidupan yang penuh
kesia-siaan kecuali manusia mengisi dan
menghidupinya didalam anugrah Allah, lepas dari Allah hanya akan menjumpai
kesia-siaan. Diluar Allah segala sesuatu menjadi tidaklah berarti, dan kunci
hidup di dalam Allah adalah tunduk dan takut padaNYA dan penyatuan diri kedalam
diri anak Allah (Tuhan Yesus) adalah kunci menuju ke tidak sia-siaan.
Melayani
Tuhan manusia seringkali harus bersentuhan dengan manusia lain dalam bersinergi
. Networking ataupun team dalam pelayanan merupakan hal yang sangat penting
dalam melayani Tuhan memberitakan kerajaanNYA. Dalam kerja sama inilah setiap
manusia harus belajar secara pribadi mengenal akan dirinya dan
mengembangkannya.
Dalam
hal ini Christian menjelaskan lebih rinci
bahwa didalam pelayanan di perlukan sinergi yang dinamik, dimana dalam
setiap kompenen yang bersinergi member I tekanannya masing-masing. Menurutnya
dalam setiap kelompok orang yang melayani maka akan terbagi menjadi 3 kelopk
jenis orang yaitu:
1. Kelompok Thinker
2. Kelompok Feeler
3. Kelompok Doer
Kelompok Thinker adalah kelompok orang yang dalam pelayanannya
seringkali lebih mengutamakan penggunaan pikiran ( Think) mereka dalam pelayanan akan:
a. To
Know
b. Understand
c.
Analyze
Kelompok Feeler adalah kelompok pelayan yang selalu menekankan
sisi emotional mereka, penekanan pada Emosi hidup manusia:
a.
To like (suka)
b. To
Prefer (lebih menyukai)
c.
Treasure ( Menyimpan)
Kelompok Doer adalah kelompok yang menekankan bagian tingkah
laku hidup manusia:
a.
To be able (mampu)
b. Excell
(mahir)
c.
Master
Namun
harus disadari bahwa setiap manusia sebenarnya mempunyai ke 3 unsur ini namun
ada satu yang akan lebih menonjol dari orang tersebut
Pengembangan
diri sangat diperlukan setiap orang dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Seorang pekerja dalam meniti kariernya akan selalu berusaha mengembangkan
dirinya dalam segala hal sehingga memungkinkan dirinya mendapat promosi dalam
jabatannya. Begitu pula dalam melayani TUhan, Pelayanan yang dilakukan adalah
suatu anugrah kepercayaan dari Allah kepada umatNYA, dengan demikian pelayanan
itu adalah suatu kehormatan maka harus dilakukan dengan kesungguhan hati.
Setiap umat yang melayani harus mengembangkan diri semaksimal mungkin untuk
memberikan pelayanan yang terbaik bagi Allahnya.
Yayasan
Eunike bersyukur dengan pemimpinnya yang terus belajar dan mengembangkan diri
memajukan pelayanan TUhan dalam wadah yayasan ini. Tidak hanya pimpinan begitu juga para hamba
Tuhan yang melayani juga mengembangkan diri dalam bidangnya masing-masing. Kali ini kami bersyukur dengan kembalinya
pimpinan kami dalam libur semesternya dengan memberikan beberapa pembinaan bagi
seluruh pemimpin Yayasan Eunike. Bapak
Christian Kartawijaya dan Ibu Anne
Kartawijaya yang sedang melanjutkan study di Texas America pulang dengan
memberikan pelatihan kepada seluruh pemimpin Kelompok Tumbuh Bersama
dengan materi pengembangan diri.
Pelatihan
dibuka dengan pembahasan dari kitab Pengkotbah pasal 3:1,11 dan 14, bahwa
segala sesuatu ada masanya, dan Tuhan membuat segala sesuatu itu indah pada
waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka, tetapi manusia
tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Itulah kesulitasn manusia tidak belajar untuk mengerti dan menyelami pekerjaan
yang dilakukan Allah. Manusia seringkali
menyia-nyiakan waktunya, padahal waktu berjalan terus.
Manusia
perlu menyadari bahwa setiap saat atau moment adalah sangat penting , atau akan
menjadi hal yang paling penting bagi hidup kita, masalahnya adalah bagaimana
mengisinya. Secara keberdosaan manusia masuk dalam kehidupan yang penuh
kesia-siaan kecuali manusia mengisi dan
menghidupinya didalam anugrah Allah, lepas dari Allah hanya akan menjumpai
kesia-siaan. Diluar Allah segala sesuatu menjadi tidaklah berarti, dan kunci
hidup di dalam Allah adalah tunduk dan takut padaNYA dan penyatuan diri kedalam
diri anak Allah (Tuhan Yesus) adalah kunci menuju ke tidak sia-siaan.
Melayani
Tuhan manusia seringkali harus bersentuhan dengan manusia lain dalam bersinergi
. Networking ataupun team dalam pelayanan merupakan hal yang sangat penting
dalam melayani Tuhan memberitakan kerajaanNYA. Dalam kerja sama inilah setiap
manusia harus belajar secara pribadi mengenal akan dirinya dan
mengembangkannya.
Dalam
hal ini Christian menjelaskan lebih rinci
bahwa didalam pelayanan di perlukan sinergi yang dinamik, dimana dalam
setiap kompenen yang bersinergi member I tekanannya masing-masing. Menurutnya
dalam setiap kelompok orang yang melayani maka akan terbagi menjadi 3 kelopk
jenis orang yaitu:
1.
Kelompok Thinker
2.
Kelompok Feeler
3.
Kelompok Doer
Kelompok Thinker adalah kelompok orang yang dalam pelayanannya
seringkali lebih mengutamakan penggunaan pikiran ( Think) mereka dalam pelayanan akan:
a. To
Know
b. Understand
c.
Analyze
Kelompok Feeler adalah kelompok pelayan yang selalu menekankan
sisi emotional mereka, penekanan pada Emosi hidup manusia:
a.
To like (suka)
b. To
Prefer (lebih menyukai)
c.
Treasure ( Menyimpan)
Kelompok Doer adalah kelompok yang menekankan bagian tingkah
laku hidup manusia:
a.
To be able (mampu)
b. Excell
(mahir)
c.
Master
Namun
harus disadari bahwa setiap manusia sebenarnya mempunyai ke 3 unsur ini namun
ada satu yang akan lebih menonjol dari orang tersebut
Pengembangan
diri sangat diperlukan setiap orang dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Seorang pekerja dalam meniti kariernya akan selalu berusaha mengembangkan
dirinya dalam segala hal sehingga memungkinkan dirinya mendapat promosi dalam
jabatannya. Begitu pula dalam melayani TUhan, Pelayanan yang dilakukan adalah
suatu anugrah kepercayaan dari Allah kepada umatNYA, dengan demikian pelayanan
itu adalah suatu kehormatan maka harus dilakukan dengan kesungguhan hati.
Setiap umat yang melayani harus mengembangkan diri semaksimal mungkin untuk
memberikan pelayanan yang terbaik bagi Allahnya.
Yayasan
Eunike bersyukur dengan pemimpinnya yang terus belajar dan mengembangkan diri
memajukan pelayanan TUhan dalam wadah yayasan ini. Tidak hanya pimpinan begitu juga para hamba
Tuhan yang melayani juga mengembangkan diri dalam bidangnya masing-masing. Kali ini kami bersyukur dengan kembalinya
pimpinan kami dalam libur semesternya dengan memberikan beberapa pembinaan bagi
seluruh pemimpin Yayasan Eunike. Bapak
Christian Kartawijaya dan Ibu Anne
Kartawijaya yang sedang melanjutkan study di Texas America pulang dengan
memberikan pelatihan kepada seluruh pemimpin Kelompok Tumbuh Bersama
dengan materi pengembangan diri.
Pelatihan
dibuka dengan pembahasan dari kitab Pengkotbah pasal 3:1,11 dan 14, bahwa
segala sesuatu ada masanya, dan Tuhan membuat segala sesuatu itu indah pada
waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka, tetapi manusia
tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Itulah kesulitasn manusia tidak belajar untuk mengerti dan menyelami pekerjaan
yang dilakukan Allah. Manusia seringkali
menyia-nyiakan waktunya, padahal waktu berjalan terus.
Manusia
perlu menyadari bahwa setiap saat atau moment adalah sangat penting , atau akan
menjadi hal yang paling penting bagi hidup kita, masalahnya adalah bagaimana
mengisinya. Secara keberdosaan manusia masuk dalam kehidupan yang penuh
kesia-siaan kecuali manusia mengisi dan
menghidupinya didalam anugrah Allah, lepas dari Allah hanya akan menjumpai
kesia-siaan. Diluar Allah segala sesuatu menjadi tidaklah berarti, dan kunci
hidup di dalam Allah adalah tunduk dan takut padaNYA dan penyatuan diri kedalam
diri anak Allah (Tuhan Yesus) adalah kunci menuju ke tidak sia-siaan.
Melayani
Tuhan manusia seringkali harus bersentuhan dengan manusia lain dalam bersinergi
. Networking ataupun team dalam pelayanan merupakan hal yang sangat penting
dalam melayani Tuhan memberitakan kerajaanNYA. Dalam kerja sama inilah setiap
manusia harus belajar secara pribadi mengenal akan dirinya dan
mengembangkannya.
Dalam
hal ini Christian menjelaskan lebih rinci
bahwa didalam pelayanan di perlukan sinergi yang dinamik, dimana dalam
setiap kompenen yang bersinergi member I tekanannya masing-masing. Menurutnya
dalam setiap kelompok orang yang melayani maka akan terbagi menjadi 3 kelopk
jenis orang yaitu:
1.
Kelompok Thinker
2.
Kelompok Feeler
3.
Kelompok Doer
Kelompok Thinker adalah kelompok orang yang dalam pelayanannya
seringkali lebih mengutamakan penggunaan pikiran ( Think) mereka dalam pelayanan akan:
a. To
Know
b. Understand
c.
Analyze
Kelompok Feeler adalah kelompok pelayan yang selalu menekankan
sisi emotional mereka, penekanan pada Emosi hidup manusia:
a.
To like (suka)
b. To
Prefer (lebih menyukai)
c.
Treasure ( Menyimpan)
Kelompok Doer adalah kelompok yang menekankan bagian tingkah
laku hidup manusia:
a.
To be able (mampu)
b. Excell
(mahir)
c.
Master
Namun
harus disadari bahwa setiap manusia sebenarnya mempunyai ke 3 unsur ini namun
ada satu yang akan lebih menonjol dari orang tersebut
Identifikasikan diri kita ada dimana
Ciri Khas seorang Thinker: Seperti sebuah perpustakaan, semua
ada dan maunya banyak. Mereka mementingkan: Fakta, Konsep, Prinsip, Konteks,
Aplikasi, Studi kata, dan hubungan anta ride-ide.
Ciri seorang Feeler (Love) : kelompok ini lebih menyukai
suasana yang hangat dan panas (camp Fire), baginya learning is emotional,
celebrative, warm. Pendekatannya: Mementingkan pengalaman, suasana yang hangat,
nilai bersifat personal, passionate devotion, bebas bertanya, senang sharing
menceritakan pengalaman, senang berelasi dengan banyak orang.
Ciri seorang Doer: Lebih
seperti laboratorium dan bengkel kerja, mereka mementingkan hal-hal yang
bersifat praktis, action, kompetensi, proyek-proyek, hasil-hasil, Efisiensi,
menguasai skill tertentu.
Contoh pendekatan pelayanan mereka jiak melayani sebagai
pengajar:
Seorang Thinker sebagaai pengajar makaa ia akan banyak mempersiapkan tentang prinsip-prinsip dan konteksnya serta bagaimana aplikasinya, orang thinker akan memakan waktu yang sangat lama dalam persiapan. Aplikasi mereka umumnya kurang praktis sangat teoritis, kelompok ini jika berkerja sama dengan kelompok feeler maka akan banyak kendala, kelompok feeler sulitb menerima mereka.
JIka seorang Feeler yang menjadi pengajar , maka didalam
pengajarannya sangat mementingkan relationship, ini menjadi yang utama namun
ada kebahayaannya yaitu: Kehangatan basa basi dalam pengertian tidak terlalu
dalam, tidak ada koneksi dengan firman Tuhan, baginya Extreme learning is
superficial and self centered.]
Seorang Doer yang menjadi pengajar maka baginya Extreme
learning is repetitive and task oriented. Dari ke 3 nya maka di simpulkan
Thinker: Explainer, Feeler: Fasilitator, Doer adalah coach. Diharapka dengan
mempelajari ini maka kita lebih dapat mengembangkan peran pribadi kita didalam
setiap pelayananan. Tidak menjadi masalah dengan kelompok mana kita bekerja
sama karena kita belajar mengembangkan ketiga hal ini dalam hidup kita.
Oleh: Ev Julimin Nagaputra. S.Th., M.A.C.M sumber dari bahan ceramah dari bapak Christian
Kartawijaya. MBA di Jakarta Garden City Sabtu , 16 Juli 2012
Identifikasikan diri kita ada dimana
Ciri Khas seorang Thinker: Seperti sebuah perpustakaan, semua
ada dan maunya banyak. Mereka mementingkan: Fakta, Konsep, Prinsip, Konteks,
Aplikasi, Studi kata, dan hubungan anta ride-ide.
Ciri seorang Feeler (Love) : kelompok ini lebih menyukai
suasana yang hangat dan panas (camp Fire), baginya learning is emotional,
celebrative, warm. Pendekatannya: Mementingkan pengalaman, suasana yang hangat,
nilai bersifat personal, passionate devotion, bebas bertanya, senang sharing
menceritakan pengalaman, senang berelasi dengan banyak orang.
Ciri seorang Doer: Lebih
seperti laboratorium dan bengkel kerja, mereka mementingkan hal-hal yang
bersifat praktis, action, kompetensi, proyek-proyek, hasil-hasil, Efisiensi,
menguasai skill tertentu.
Contoh pendekatan pelayanan mereka jiak melayani sebagai
pengajar:
Seorang Thinker sebagaai pengajar makaa ia akan banyak mempersiapkan tentang prinsip-prinsip dan konteksnya serta bagaimana aplikasinya, orang thinker akan memakan waktu yang sangat lama dalam persiapan. Aplikasi mereka umumnya kurang praktis sangat teoritis, kelompok ini jika berkerja sama dengan kelompok feeler maka akan banyak kendala, kelompok feeler sulitb menerima mereka.
JIka seorang Feeler yang menjadi pengajar , maka didalam
pengajarannya sangat mementingkan relationship, ini menjadi yang utama namun
ada kebahayaannya yaitu: Kehangatan basa basi dalam pengertian tidak terlalu
dalam, tidak ada koneksi dengan firman Tuhan, baginya Extreme learning is
superficial and self centered.]
Seorang Doer yang menjadi pengajar maka baginya Extreme
learning is repetitive and task oriented. Dari ke 3 nya maka di simpulkan
Thinker: Explainer, Feeler: Fasilitator, Doer adalah coach. Diharapka dengan
mempelajari ini maka kita lebih dapat mengembangkan peran pribadi kita didalam
setiap pelayananan. Tidak menjadi masalah dengan kelompok mana kita bekerja
sama karena kita belajar mengembangkan ketiga hal ini dalam hidup kita.,
Oleh: Ev Julimin Nagaputra. S.Th., M.A.C.M sumber dari bahan ceramah dari bapak Christian
Kartawijaya. MBA di Jakarta Garden City Sabtu , 16 Juli 2012
Ciri Khas seorang Thinker: Seperti sebuah perpustakaan, semua
ada dan maunya banyak. Mereka mementingkan: Fakta, Konsep, Prinsip, Konteks,
Aplikasi, Studi kata, dan hubungan anta ride-ide.
Ciri seorang Feeler (Love) : kelompok ini lebih menyukai
suasana yang hangat dan panas (camp Fire), baginya learning is emotional,
celebrative, warm. Pendekatannya: Mementingkan pengalaman, suasana yang hangat,
nilai bersifat personal, passionate devotion, bebas bertanya, senang sharing
menceritakan pengalaman, senang berelasi dengan banyak orang.
Ciri seorang Doer: Lebih
seperti laboratorium dan bengkel kerja, mereka mementingkan hal-hal yang
bersifat praktis, action, kompetensi, proyek-proyek, hasil-hasil, Efisiensi,
menguasai skill tertentu.
Contoh pendekatan pelayanan mereka jiak melayani sebagai
pengajar:
Seorang Thinker sebagaai pengajar makaa ia akan banyak mempersiapkan tentang prinsip-prinsip dan konteksnya serta bagaimana aplikasinya, orang thinker akan memakan waktu yang sangat lama dalam persiapan. Aplikasi mereka umumnya kurang praktis sangat teoritis, kelompok ini jika berkerja sama dengan kelompok feeler maka akan banyak kendala, kelompok feeler sulitb menerima mereka.
JIka seorang Feeler yang menjadi pengajar , maka didalam
pengajarannya sangat mementingkan relationship, ini menjadi yang utama namun
ada kebahayaannya yaitu: Kehangatan basa basi dalam pengertian tidak terlalu
dalam, tidak ada koneksi dengan firman Tuhan, baginya Extreme learning is
superficial and self centered.]
Seorang Doer yang menjadi pengajar maka baginya Extreme
learning is repetitive and task oriented. Dari ke 3 nya maka di simpulkan
Thinker: Explainer, Feeler: Fasilitator, Doer adalah coach. Diharapka dengan
mempelajari ini maka kita lebih dapat mengembangkan peran pribadi kita didalam
setiap pelayananan. Tidak menjadi masalah dengan kelompok mana kita bekerja
sama karena kita belajar mengembangkan ketiga hal ini dalam hidup kita.,
Oleh: Ev Julimin Nagaputra. S.Th., M.A.C.M sumber dari bahan ceramah dari bapak Christian
Kartawijaya. MBA di Jakarta Garden City Sabtu , 16 Juli 2012