Bagaimana orangtua saling bersikap di antara mereka sendiri
ternyata berpengaruh besar pada anak.
Ayah dan ibu yang kerap kali menunjukkan sikap saling
menyayangi dan respek ternyata anak-anak
mereka bertumbuh dengan emosi yang cenderung stabil. Kenapa? Karena atmosfir
keluarga dirasakan hangat dan aman.
Sebaliknya, ayah dan ibu yang sering terlihat bertengkar,
saling menyalahkan, dan tidak respek satu sama lain dapat membuat emosi
anak-anak cenderung labil dan mudah
gelisah.
Observasi terhadap para pecandu di tempat di rehabilitasi
narkotika menunjukkan gejala yang mirip. Jika pecandu melihat hubungan ayah dan
ibunya buruk, kemajuannya pun lambat dan sering melawan mentor. Namun ketika
hubungan orangtua semakin harmonis, ternyata mereka pun tampak lebih maju dan
lebih kooperatif dalam mengikuti program pemulihan.
Ayah yang dominant dan pemarah dan suka mengintimidasi
isteri menyebabkan anak-anak bertumbuh
dengan menyimpan luka batin. Seringkali dijumpai juga adanya kemarahan yg
terpendam bahkan sampai berpuluh-puluh tahun. Anehnya, ternyata anak-anak itu
pun dapat menjadi kurang hormat pada si Ibu dan bahkan kadang ikut
mengintimidasi ibu.
Anak perempuan dengan ayah yang dominan dan pemarah dapat
mengembangkan sikap dominan dan tidak mau kalah terhadap laki-laki, termasuk
pada suami jika kelak mereka menikah. Karena disadari atau tidak, mereka tidak
mau menjadi perempuan seperti ibu mereka yang lemah dan bisa diintimidasi pria.
Sepertinya mereka terus menerus harus menjaga diri mereka dari 'serangan' pria.
Sedangkan anak laki-laki dari ibu yang dominan dan suka
merendahkan suami, biasanya menunjukkan sikap cenderung membela sang ayah.
Tidak jarang mereka memanipulasi ayah untuk bersekongkol menghadapi si ibu.
Biasanya mereka juga akan mengalami dilema ketika memilih calon isteri. Di satu
sisi mereka 'benci' pada wanita yang dominan, tetapi di sisi lain mereka
sebenarnya 'membutuhkan' wanita yang dominan dan mengatur. Karena bagaimana pun
ibu merekalah yang selama ini memegang kendali di mana mereka sendiri tidak
terlatih sehingga mereka kurang mampu berperan sebagai suami dan ayah.
Banyak anak-anak Kristen yang rajin berdoa dan melayani dan
mempunyai kehidupan kerohanian yang bertumbuh memberi kesaksian bahwa mereka
sebelumnya melihat contoh dari ayah-ibu mereka yang saling mendoakan dan saling
mendorong untuk melayani.
oleh: Julimin Nagaputra. M.Min