Selasa, 16 Desember 2008

PENGARUH ORANGTUA YG MENUNTUT/ PERFECTIONIST PADA ANAK


Papanya Sarah heran mengapa dia dianggap menuntut anak dan perfectionist. Katanya, ”Saya nggak menuntut kok. Saya cuma kasih saran supaya dia jadi lebih baik.” 

 Para orangtua seperti Papanya Sarah biasanya tidak menyadari perilaku tsb, juga tidak terpikir dampak negatifnya. Itu sebabnya mereka pun tidak berusaha memperbaiki atau mengubahnya. Malah ada yang justru semakin menuntut, dan kalau perlu menambah hukuman, sampai dilihatnya anak berubah. Tentu saja berubah sesuai dengan standart mereka. 

 Pengaruh atau dampak sikap ortu itu cenderung negatif dan bisa menghambat perkembangan anak, seperti yang terjadi pada Sarah di bawah ini :

 Sarah tahu bahwa Papa selalu ikut campur dan mengatur itu untuk kebaikannya. Sarah juga tahu bahwa Papa sangat sayang padanya. “Saya tahu Papa ingin saya tiap minggu ke gereja, mandi tepat waktu, jadi anak yang jujur, rajin belajar...” 

 Ia pun berusaha untuk menuruti apa kata Papa, tetapi lama kelamaan ia merasa frustrasi karena sepertinya apa pun yang ia lakukan tidak pernah bisa menyenangkan hati Papanya. Padahal ingin sekali ia melihat orangtuanya senang dan bangga padanya. 

 Ia menjadi mudah cemas dan kuatir dan selain itu sering merasa bersalah. Ia tidak tahu mengapa. Sering juga ia merasa Papanya tidak percaya padanya, dengan berkata “Kamu nggak berusaha sungguh-sungguh, kalau kamu begitu berarti nggak sayang Papa...” dan hal itu membuatnya sakit hati. 

 Ketika remaja, ia menjadi kurang mandiri dan kurang punya inisiatif karena takut salah, takut nanti Papa marah, takut orang lain tidak suka padanya, takut.... Itu sebabnya sebentar-sebentar ia bertanya pada ortu. Kalau sudah begitu, Papanya juga marah. Kok kamu kayak nggak punya inisiatif, tanya Papa terus? Kamu dong yang putuskan! 

 Akhirnya sekarang ia justru bersikap membandel dan cuek dengan omongan orangtuanya. “Habis serba salah, mungkin Papa nggak benar-benar sayang sama saya...” Tampaknya ini adalah bentuk kemarahan Sarah yang terpendam.

 Bagi setiap orangtua, ingatlah firman Tuhan dalam Efesus 6 : 4, yang mengatakan : “Hai kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu....” Kemarahan bisa timbul dalam hati anak kalau ia merasa diperlakukan tidak adil dan karena mendapat ganjaran yang lebih daripada seharusnya. Orangtua yang sering menuntut anak tanpa disadari memberi tekanan yang dirasakan anak melebihi kemampuannya.

Oleh: Ev. Esther Gunawan M.K

CIRI-CIRI ORANGTUA YG SERING MENUNTUT DAN PERFECTIONIST


Sarah mengaku stress tiap kali dekat Papanya. “Papa tuh aturannya banyak…Harus begini, harus begitu, nggak boleh ini, nggak boleh itu… Pokoknya nggak pernah puas dengan apa pun yang aku kerjakan. Ada aja deh kurangnya….” Keluh Sarah. 
 Papanya Sarah termasuk orangtua yang menuntut dan cenderung perfectionist. Sebenarnya apa saja ciri-ciri orangtua yang termasuk kategori tsb?

  • Selalu berhasil menemukan kesalahan anak, betapa pun kecilnya, dan menunjukkannya pada anak.
  • Membesar-besarkan kesalahan anak dan merasa harus mengatakannya berulang-ulang.
  • Lebih tertarik dan bersemangat membahas kekurangan anak dan tidak percaya ketika orang bilang “tidak ada lagi”.
  • Sulit melihat kelebihan/kebaikan anak, dan sekalipun tahu selalu saja dianggap kurang.
  • Sering mengkoreksi ide anak, perilakunya, dan apa pun yang anak lakukan.
  • Kurang memberi pujian karena berpikir takut anak jadi manja dan besar kepala.
  • Memberikan aturan yang ketat, termasuk etika sopan-santun, yang harus diikuti sesuai dengan standart orangtua.
  • Percaya bahwa hukuman dan celaan adalah cara efektif untuk memotivasi anak.
  • Jarang sekali menerima pendapat anak dan selalu keluar sebagai pemenang dalam perdebatan dengan anak.
  • Tidak tahan untuk tidak ikut campur dengan urusan anak, bahkan sampai hal-hal sepele.
  • Seringkali memberikan nasehat, termasuk pada hari Minggu dan saat santai, bahkan ketika anak ada di negara lain
  • Terlalu kuatir dengan perkembangan anak dan pesimis dengan masa depan anak sehingga sering mengeluh
  • jarang bercanda dengan anak dan kurang humoris

oleh: Ev. Esther Gunawan M.K


Rabu, 26 November 2008

Apakah Meminta Maaf Harus Selalu Diucapkan?


Bolehkah kita membiarkan anak menunjukkan permintaan maafnya dengan sikap saja?”

Eko bukannya tidak mau minta maaf, tetapi caranya minta maaf tidak dengan berkata “saya minta maaf” melainkan dengan sikap. Misalnya tiba-tiba memeluk Ibunya, atau tahu-tahu membantu tanpa disuruh.... 

 Apakah orangtua tetap perlu memaksa anak berkata 'maaf'?

 Ada orang yang bilang kalau minta maaf itu harus diucapkan. Karena kalau belum bisa bilang “maaf” berarti hatinya belum beres. Ada lagi yang punya pendapat, minta maaf boleh-boleh saja ditunjukkan dengan sikap. Karena ia pun perlu mengumpulkan keberanian lebih dulu sebelum berbuat baik sebagai ungkapan maafnya.

 Jadi, sebaiknya bagaimana? 

Dalam hal ini perbedaan usia anak perlu menjadi pertimbangan kita. Sewaktu anak masih kecil, memang kita perlu tanamkan dan bentuk kebiasaan berkata 'maaf' jika ia salah. Namun, ketika anak mulai puber, biasanya harga diri anak semakin tinggi sehingga rasa gengsinya juga semakin tinggi. Nah, pada masa itu dia mungkin membutuhkan waktu lebih lama sebelum dapat berkata 'maaf', meskipun sejak kecil sudah diajarkan hal itu.Selain itu, anak juga bisa merasa lebih 'malu' untuk berkata maaf sehingga mereka lebih nyaman menunjukkannya dengan sikap atau perbuatan.

Jadi, orangtua tidak perlu memaksa anak untuk berkata 'maaf', lebih baik orangtua berempati atau menunjukkan pengertian, misalnya dengan cara memberi waktu pada anak dan menerima jika ia minta maaf dengan sikapnya.

Kita bisa berkata, ”Papa/Mama tahu kamu mau minta maaf kan, makanya kamu bersikap begini. Tapi sebenarnya Papa/Mama lebih senang kalau kamu seperti dulu, bilang maaf secara langsung.” Atau kita berkata,”Papa/ Mama lihat kamu mungkin merasa lebih enak kalau minta maaf dengan bersikap baik. Papa/Mama memaafkan kamu, tetapi sebenarnya kami lebih senang kalau kamu bilang secara langsung.”

Di sini kita mau menunjukkan pada anak bahwa kita mengerti mereka tetapi juga mendorong mereka untuk mau berkata “maaf”. 

Memaksa anak hanya akan membuat permintaan maaf menjadi suatu tuntutan. Bukannya membuatnya sadar tetapi jangan-jangan malah mendorongnya menjadi anak yang jaim alias jaga image atau hanya kelihatan baik di luar saja sedangkan dalamnya tidak.

oleh: Ev. Esther Gunawan M.K


Rabu, 19 November 2008

Harus Bagaimana....?

Situasi ekonomi semakin memburuk, tidak hanya di Indonesia bahkan diseluruh dunia mengalami resesi, sungguh membuat setiap orang merasa cemas dan panik.

Celakanya kecemasan dan kepanikan ini ternyata berakibat di semua sektor kehidupan kita, relasi suami istri menjadi tidak harmonis, relasi dengan anak-anak tidak lagi menyenangkan, di rumah pusing, di kantor pusing dimana-mana pusing, belum lagi ditambah jika ada anggota keluarga yang sakit aduh bertambah pusinglah kita.

Sebagai pasangan suami istri didalam Tuhan, kita harus mewaspadai ini, karena tidak sedikit yang akhirnya menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan akhirnya berbuntut pada perceraian. sungguh mengerikan!

beberapa tips yang mungkin bisa kita lakukan untuk mencegah hal ini agar tidak terjadi pada keluarga kita yaitu:

  1. Perkuatlah "oneness" kita /kesedagingan kita sebagai suami istri yaitu segala masalah marilah hadapi berdua, karena kita bukan lagi dua melainkan satu, dan berdua akan lebih ringan dibanding ditanggung sendiri.
  2. Jangan sandarkan pada pengertianmu sendiri tetapi mintalah hikmat Allah dan juga masukan dari pasanganmu walau mungkin itu bukan bidang dari pasanganmu tetapi mungkin saja ia akan memberikan bantuan moril atau dari segi lain.
  3. Belajarlah mengerti situasi yang sedang dialami oleh pasanganmu, sehingga jika pasangan mengajak diskusi kita bisa dengan segra berdiskusi
  4. Jangan malu dan sungkan meminta pertolongan jika itu perlu dan jangan menunda-nunda sehingga masalah semakin rumit.
  5. Ingat Iblis sedang mencari kesempatan dalam kelemahan kita oleh karena itu jangan lengah, bersandar pada Tuhan dan berdoa selalu

Tuhan memberkati

Ev.Julimin Nagaputra. S.Th., MACM.

Bagaimana Mengajarkan Anak Berkata Maaf?


“Ayo, minta maaf dulu!” kata Bu Jerni pada Sabrina anaknya yang kelas 4 SD. Sabrina menutup mulutnya rapat-rapat. Ketika Mamanya tetap mendesak, Sabrina malah menangis dan tetap tidak mau berkata “maaf’”.

 Bu Jerni jadi pusing. Sebagai orangtua ia ingin anaknya dapat meminta maaf dengan benar. Dia berkata,”Anak saya itu bilang maaf aja kok susah amat.”

 Bagaimana mengajarkan anak supaya mau minta maaf?

  1. yg perlu disadari orangtua adalah meminta maaf bukanlah suatu tuntutan, melainkan kesadaran bahwa anak telah menyadari dan mengakui kesalahannya. Jika minta maaf hanya sebagai tuntutan, anak akhirnya berkata maaf sekedar untuk menyenangkan orang saja, padahal dalam hatinya tidak mau. 
  2. ajarkan anak sejak dini atau sejak ia sudah bisa berbicara, untuk mau berkata maaf jika ia salah. Lama kelamaan akan terbentuk kebiasaan tsb dalam diri anak.
  3.  jelaskan pada anak bahwa meminta maaf hendaknya keluar dari hati dan bukan sekedar ucapan di bibir. “Karena apa yang keluar dari mulut berasal dari hati”.
  4. berilah contoh pada anak bahwa orangtua pun mau berkata maaf. Perbuatan orangtua biasanya lebih berpengaruh daripada hanya nasehat.
  5. jika anak bersikeras menolak meminta maaf, berilah anak waktu. Bisa juga anak diminta untuk merenungkan perbuatannya. Jika anak sudah bisa berdoa, suruhlah dia berdoa pada Tuhan untuk menolongnya mengerti apa yang sebaiknya ia lakukan.

Oleh: Ev. Esther Gunawan M.K



Rabu, 20 Agustus 2008

Apakah Anda memiliki kecerdasan Interpersonal?

Orang dengan kecerdasan interpersonal yang berkembang baik mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:

  1. Membentuk dan mempertahankan suatu hubungan sosial
  2. Mampu berinteraksi dengan orang lain
  3. Mengenali dan menggunakan berbagai cara untuk berhubungan dengan orang lain.
  4. Mampu mempengaruhi pendapat atau tindakan orang lain.
  5. Turut serta dalam upaya bersama dan mengambil berbagai peran yang sesuai, mulai dari menjadi seorang pengikut hingga menjadi seorang pemimpin.
  6. mengamati perasaan, pikiran, motivasi, perilaku dan gaya hidup orang lain
  7. Mengerti dan berkomunikasi dengan efektif baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
  8. Mengembangkan keahlian untuk menjadi penengah dalam suatu konflik, mampu bekerja sama dengan orang yang mempunyai latar belakang yang beragam
  9. Tertarik menekuni bidang yang berorientasi interpersonal seperti menjadi pengajar, konseling, manajemen atau politik.
  10. Peka terhadap perasaan, motivasi dan keadaan mental seseorang

Kecerdasan interpersonal memungkinkan kita untuk berkomunikasi dan memahami orang lain, mengerti kondisi pikiran atau suasana hati yang berbeda, sikap atau temperamen, motivasi dan kepribadian. Kecerdasan ini juga meliputi kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan suatu hubungan. Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kawannya dan biasanya sangat menonjol dalam melakukan kerja kelompok.

Kecerdasan interpersonal yang berhasil dikembangkan dengan baik akan sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya setelah ia menyelesaikan pendidikan formalnya.

Mengembangkan kecerdasan interpersonal

  1. Melatih kemampuan berkomunikasi efektif secara verbal dan nonverbal
  2. mempelajari dan mengerti serta peka terhadap mood, motivasi dan perasaan orang lain
  3. Bekerja sama dalam suatu kelompok
  4. Belajar dalam suatu kelompok (belajar dengan berkolaborasi)
  5. Menjadi mediator dalam penyelesaian suatu konflik
  6. Mengamati dan mengerti maksud tersembunyi dari suatu sikap, perilaku dan cara pandangan seseorang.
  7. Belajar melihat sesuatu dari suatu sudut pandang orang lain.
  8. Menciptakan dan mempertahankan sinergi.
  9. Simpati terhadap orang lain
  10. Empati terhadap orang lain

Diambil dari sumber: Adi W. Gunawan, Born to be a genius, (Jakarta, Gramedia, 2003)

cuplikan buku oleh: Ev. Nani Priscilla M.Div

Jumat, 18 Juli 2008

Bagaimana mengetahui bahwa Anda adalah seorang Penunda

Anda akan tahu bahwa anda seorang penunda jika:

  • Anda membawa sebuah buku selama enam bulan dan baru sekarang sempat membacanya
  • Anda melayani tagihan pajak anda tanggal 15 April, padahal seharusnya sudah dibayar pada 15 April tahun lalu.
  • Anda melakukan seluruh belanja Natal Anda pada tanggal 24 Desember dan 25 Desember.
  • Anda mengantar sendiri kartu-kartu Natal Anda, sekitar Hari Raya Tahun Baru.
  • Anda tidak dapat membayar tagihan tanpa juga membayar tagihan yang terlambat.
  • Anda selalu harus membawa uang ketika Anda mengembalikan sebuah buku perpustakaan, untuk berjaga-jaga bila membayar denda karena terlambat.
  • Anda bersekolah pada saat SMU dan Universitas sambil selau meminta perpanjangan waktu untuk mengumpulkan tugas-tugas Anda.
  • Anda adalah ahli mengarang segala macam alasan untuk datang terlambat
  • Daerah kerja Anda dipenuhi dengan tumpukan kertas. Dalam tumpukan yang tercampur bersama adalah hal-hal yang sama-sama penting dan tidak penting.
  • Anda mengunjungi dokter gigi hanya pada saat gigi berlubang
  • Anda menekan tombol alarm lima kali sebelum Anda keluar dari tempat tidur
  • Di pinggir tempat tidur, Anda memiliki setumpuk buku yang semuanya pernah Anda mulai baca, tetapi tidak pernah diselesaikan.
  • Anda menemukan 1001 hal kecil untuk dilakukan sebelum Anda menyelesaikan tugas yang ada di tangan.

Jika hal di atas menggambarkan diri Anda dengan berbagai cara, perhatikanlah..Sahabat Penunda. Ada harapan untuk berubah. Dan upah untuk perubahan itu benar-benar memuaskan! Seluruh kualitas hidup seseorang diperbaiki saat penundaan dikendalikan.

Sebelum kita mengetahui cara mengendalikan sifat penundaan ini, tentu harus mengetahui penyebabnya terlebih dahulu.

Ada beberapa penyebab:

* Kemalasan.

o Sebab terbesar dari penundaan, tentu saja adalah kemalasan. Kemalasan bukanlah sebuah masalah masa kini. Salomo juga menuliskan tentang seorang yang menunda bahkan untuk bangun pagi …“Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.” (Amsal 26:14)

* Menghindari rasa sakit dan pengorbanan

o Kita seringkali menunda karena kita mencoba menghindari sesuatu yang menyakitkan atau sesuatu yang tidak ingin kita hadapi atau lihat sebab tidak menyenangkan. Banyak orang akan senang mengubah kehidupan mereka atau memulai hidup baru, tetapi tidak sekarang, seperti doa klasik Bapak Agustinus – “Tuhan, buatlah aku bisa disiplin …. Tapi tidak sekarang!

* Kebiasaan menunda

o Kebiasaan lama, seperti penundaan, termasuk hal yang paling sulit untuk diubah. Zig Ziglar mengatakan: “Saat anda memilih sebuah kebiasaan, Anda bisa memilih hasil akhir dari kebiasaan itu. Kebiasaan baik sulit untuk didapatkan, tetapi mudah untuk hidup dengannya.”

* Tidak bisa mengambil keputusan

o Beberapa sebab dari penundaan adalah ketidakmampuan mengambil keputusan. Orang-orang tidak dapat memutuskan pada saat tertentu. Daripada menjawab “iya” atau “tidak”, jawaban mereka adalah “mungkin”. Itu artinya bahwa akan diputuskan nanti...mungkin!

* Takut gagal

o Banyak penunda yang takut atau menunda mencoba hal-hal yang lebih besar dan lebih baik, karena mereka berpikir mungkin akan gagal. Mereka sulit memandang sekalipun mengalami kegagalan, hal itu akan menjadi pengalaman belajar yang berarti.

Enam Kunci untuk Mengatasi Penundaan

  1. Memprioritaskan Prioritas Anda

Ø Tuliskan enam hal terpenting yang harus Anda lakukan besok (atau hari ini). Kemudian berilah nomor sesuai dengan urutan prioritas. Lakukan nomor pertama sampai selesai. Kemudian nomordua. Cobalah hal ini setidaknya dalam seminggu.

  1. Menyelesaikan tugas-tugas lama

Ø Kita seringkali mengesampingkan tugas-tugas yang menumpuk karena mereka tampak menakutkan. Walaupun begitu, saat kita memecahnya menjadi bagian kecil, kita bisa mengerjakan segalanya. Jadi bagaimana Anda memakan seekor gajah? Satu gigitan setiap hari.

  1. Lakukan hal yang paling mudah

Ø Prinsipnya berkaitan dengan serangkaian tugas-tugas kecil yang pentingnya seimbang yang menjadi bagian dari keseluruhan tugas, tetapkan mana yang menjadi tugas termudah untuk Anda memulainya untuk dilakukan.

  1. Memberikan batas waktu

Ø Sebuah batas waktu yang realistis, tetapi menantang adalah sebuah penyemangat yang tepat. Ia bisa memotivasi Anda. Sewaktu-waktu bisa melibatkan teman yang baik untuk mengingatkan Anda untuk mencapai tujuan Anda.

  1. Melakukan hal yang tidak menyenangkan lebih dulu

Ø Penulis Edwin Bliss mengatakan dalam bukunya Getting Things Done, “seorang penunda berpikir seperti ini, “tugas ini harus dilakukan, tetapi tidak menyenangkan. Karena itu saya akan mengesampingkannya selama yang saya bisa!” Namun orang yang efektif berpikir “tugas ini tidak menyenangkan, tetapi harus dilakukan. Karena itu, saya akan melakukannya sekarang, sehingga saya bisa meninggalkannya di belakang saya.”

  1. Menetapkan Pertanggungjawaban

Ø Jika Anda menemukan diri sendiri tidak berdaya dan terus menerus menunda, kerjakan sistem pertemanan. Temukan seseorang yang akan menolong Anda dengan membuat Anda mengatakan hal-hal yang dikesampingkan. Akan tetapi yang lebih efektif adalah pertanggungjawaban di hadapan Allah.


Sumber:

Jerry & Kirsti Newcombe, Saya Akan Melakukannya….Besok! (Jakarta: Metanoia, 2005)

Cuplikan buku oleh: Ev. Nani Priscilla M.Div.

Kamis, 17 Juli 2008

Love and to be loved


Mengasihi dan dikasihi adalah hal yang sangat dicari dan didambakan oleh setiap pasangan. Herannya pada pasangan-pasangan yang sudah lama menikahpun menghadapi permasalahan ini juga dalam relasi mereka.

Banyak pasangan yang sebenarnya mengasihi pasangannya tetapi sayang tidak sampai bahkan mungkin diterima sebaliknya oleh pasangannya. Mereka kesulitan berkomunikasi dan menyampaikan aspirasi perasaan mereka, sehingga pesan itu tidak sampai.

Mengasihi adalah satu tindakan yang meliputi perasaan dan keinginan yang kadang kala melampaui ratio manusia. Misalnya Ada orang yang begitu mengasihi pasangannya didalam segala kekurangannya dan bisa menerimanya yang justru kadang bagi orang lain itu tidak masuk akal, tetapi karena cinta yang dimiliki orang tersebut kepada pasangannya mengalahkan hal-hal yang tidakmungkin bagi orang lain tetapi menjadi mungkin bagi dirinya.

Mengasihi adalah satu tindakan berani dari seseorang karena ia harus berurusan dengan perasaan egonya. Sedang dikasihi adalah satu penerimaan dan hanya memerlukan tindakan pasip dari kita yang menerima kasih itu.

Waktu kita dikasihi maka kita dibanjiri oleh perasaan sayang dari orang yang mengasihi dan tindakan-tindakan real dari orang tersebut dalam menyatakan kasihnya kepada kita. Dikasihi ada kebahayaannya yaitu kita menjadi terlena sehingga terlalu asyik menerima kasih itu tetapi tidak merespon apa-apa kepada pemberi kasih itu.

Mengasihi dan dikasihi ini jika berjalan bersamaan maka akan sangat baik dan bisa dinikmati oleh semua pasangan. Mengkomunikasikan kasih kita dan mengekspresikan penerimaan kasih dari orang sangat membantu dalam menjalin relasi dalam pasangan suami istri. Marilah kita belajar bagaimana mengekspresikan bagaimana mengasihi pasangan dan dikasihi pasangan. Tuhan memberkati.



Ev.Julimin Nagaputra

Rabu, 16 Juli 2008

Depresi

Depresi adalah hal yang sering dialami orang pada umumnya, mereka sering mengeluhkan akan tekanan tekanan hidup yang mereka alami baik dikantor atau di kehidupan keluarganya dan biasanya berdampak dengan terjadinya gejala-gejala yang diikuti dengan keluhan fisik seperti sakit kepala, mual nyeri otot dan tulang, kesemutan, sesak nafas, berdebar-debar dan perasaan yang tidak menentu dan semua itu sebenarnya salah satu dari gejala yang disebut DEPRESI.

Ada 2 gejala dari depresi yang dapat kita kenali yaitu gejala Fisik dan Kejiwaan.
Gejala Kejiwaan:
  1. Sedih dan Murung
  2. Kehilangan Minat dan konsentrasi
  3. Sering merasakan perasaan bersalah
Gejala Fisik
  1. Gangguan tidur
  2. Kehilangan selera makan
  3. Gairah seksual menurun
  4. Ketidak mampuan
Jika kita merasakan ada salah satu dari gejala ini maka waspadailah bahwa saudara mungkin sudah masuk kedalam "Depresi" mungkin masih dalam kategori ringan tetapi jika tidak segera diatasi maka akan membahayakan dan dapat semakin buruk

TIPS: Lakukanlah olah raga ringan secara teratur seperti Aerobik, berenang, jalan pagi dan lainnya karena dapat menghilangkan kecemasan, tingkatkan nafsu makan, hasrat seksual, dan rasa menghargai diri.

Ev.Julimin Nagaputra. S.Th., M.A

Rabu, 23 April 2008

Eunike Counseling Centre

Eunike Counseling Centre

Setiap keluarga Kristen sebenarnya merindukan keluarga ideal yang sehat dan harmonis. Tapi pada kenyataannya seringkali keluarga Kristen diliputi banyak gejolak masalah. Semakin mengetahui standard nilai Firman Tuhan, semakin sering merasa hidup tambah berat karena adanya masalah yang tidak dapat dihadapi dan diatasi seorang diri.

Yayasan Eunike menyadari banyaknya masalah dalam hal ini maka terpanggil untuk mendampingi keluarga-keluarga Kristen dalam mengatasi pergumulan mereka. Dalam kasih karunia Tuhan Eunike dipercaya untuk membuka Eunike Counseling Centre dengan  menyediakan tempat yang nyaman dan kondusif bagi setiap mereka yang membutuhkan pelayanan konseling. Dengan bimbingan beberapa hamba Tuhan dan konselor Kristen yang berdedikasi, kami mengharapkan banyak keluarga Kristen yang mendapatkan kekuatan dan hikmat dalam menghadapi kehidupan ini.

Eunike Counseling Centre ( E.C.C ) membuka diri mendampingi keluarga yang mempunyai masalah- masalah :

Masalah pribadi ( kepribadian) anak, remaja, pemuda dan dewasa

Masalah perkembangan dan pendidikan anak dan remaja

Masalah relasi pria-wanita dewasa

Masaalah relasi ibu, ayah, dan anak

Masalah relasi suami-istri

Masalah persiapan pernikahan / pre-marital Counseling

Motto kami: "Tidak ada masalah yang terlalu rumit, terlalu praktis, terlalu sederhana, atau terlalu berat untuk didengar oleh para konselor kami. Kami percaya Tuhan sangat mempedulikan setiap keluarga dalam menghadapi masalah".


Dasar firman Tuhan kami adalah:

"Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu, setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid" Yesaya 50:4

 

Pelayanan yang dilakukan ECC adalah:

Pelayanan konseling

Pre-Marital counseling

Pembelajaran Keluarga melalui  Marriage Enrichment dan Marriage Endearment

Kami tidak memberi jaminan selesainya semua masalah, tetapi kami memiliki komitmen mendampingi secara individu/pribadi setiap keluarga Kristen yang datang sehingga dapat menjadi lebih kuat dan bijaksana dalam menghadapi masalah yang ada.

Dalam menjalankan pelayanan ini kami tidak memungut biaya tetapi berdasarkan sumbangan suka rela, kecuali biaya test dan assessment.

Konselor yang melayani di Eunike Counseling Centre:

Ev. Anne Kartawijaya, S.Th; M.Div

Lie Wei Jen, B.A; M.K

Ev. Julimin Nagaputra, S.Th; M.A (Th.M Candidate)

Ev. Nani Priscilla, S.Th; M.Div

Stella Kurniawan, S.Psi (M.K Candidate

Stellaria, M.K

Email adress: eunikecounseling@gmail.com

Blogg: www.eunikecounseling.blogspot.com