Anak merupakan anugrah yang Tuhan percayakan dalam kehidupan
ini. Tidak semua orang di anugrahi mempunyai anak, ada yang hanya satu namun
ada pula beberapa bahkan ada yang dipercayakan anak kembar, tetapi ada juga
yang tidak diberikan anak , semua bergantung pada providensia Allah.
Mereka itu semua adalah pribadi pribadi yang adalah “The
Image of God”. Anak-anak itu adalah citra gambar Allah yang Tuhan titipkan pada
orang tua untuk di didik mereka, di hidupi dengan mencukupkan kebutuhan sandang
pangannya namun yang terpenting adalah membawa mereka untuk mengenal Allahnya
secara pribadi dan melihat rencana Allah terhadap diri anak-anak itu.
Didalam berkat anugrah ini orang tua menerima dengan suka
cita kehadiran anak-anak mereka dan menikmatinya bagai bagian dari hidupnya,
mencintainya, mengasihinya dan menerimanya sebagai harta pusaka yang terpenting
dalam hidupnya dan merasa itu adalah milik mereka.
Rasa kepemilikkan itu pasti dirasakan oleh orang tua,
khususnya ibu yang sejak dalam kandungan merasakan gerakkan-geraksang bayi dan
mengasuhnya sejak itu sampai mereka beranjak dewasa. Didalam proses
perkembangan secara biologis dan psikologis anak maka sering timbul masalah
antar remaja dan orang tuanya. Kadang perseteruan ini berlanjut menjadi konflik
berkepanjangan dan akhirnya menimbulkan kepahitan dikedua belah pihak.
Anak akan selalu merasa orang tua terlalu mengekang dan
turut campur dalam segala bagian hidupnya dan ini sangat tidak menyenangkan
bagi para remaja. Sisi orang tua akan merasa kenapa anak semakin dewasa semakin
tidak lagi mau melekat dengannya dan susah diatur. Semakin diatur anak semakin
menjauh.
Apa permasalahan sesungguhnya.
Permasalahan bagi orang tua adalah rasa kepemilikkan yang
terlalu kuat pada diri sang anak sehingga dalam hal sekecil apapun mau terlibat
yang menurutnya adalah demi kebaikkan bagi sang anak. Hal seperti ini bisa
benar dan bisa salah. Benar karena memang hal ini menjadi tanggung jawab orang
tua terhadap kehidupan anak-anaknya. Menjadi
salah karena anak adalah satu pribadi yang adalah citra dan gambar Allah dimana
ada peran Allah dalam kehidupan sang anak. Anak memang harus di didik
berdasarkan kebenaran Firman Tuhan sejak dari kecil dengan sangat ketat dan semakin dewasa anak, maka peran orang tua
harus semakin sedikit dan anak akan belajar mengambil keputusan sendiri
berdasar nilai yang telah ia dapati dan menjalani itu bersama Tuhan dalam
pergumulannya.
Anak dengan sendirinya akan mensharekan dengan orang tuanya
jika ia menghadapi banyak persoalan. Dia akan mensharekan dengan membuka
jendela hatinya. Sebaliknya Ia akan menjadi sangat marah jika orang tua selalu
ingin tau permasalahannya dan berusaha mengorek informasi atau intervensi dalam
kehidupan sang anak.
Dengan Nilai yang pernah di tanamkan anak akan belajar berjalan dalam koridor
nilai yang di tanamkan, namun harus diingat nilai ini ditanam jauh sewaktu anak
ini masih sangat kecil Jangan pernah
memperlakukan anakmu yang menjelang dewasa dengan perlakuan terhadap anak-anak.
Bagi seorang anak hal yang harus diingat bahwa tidak ada
seorang pun dari orang tua yang akan mencelakakan anak-anaknya. Mereka akan
berusaha sebaik mungkin memberikan yang terbaik pada anak-anaknya walau mungkin
caranya salah. Prinsip firman yang harus di pegang oleh anak adalah hormatilah
orang tuamu di dalam Tuhan. Dan Orang
tua ingatlah Tuhan pernah mengatakan dalam firmanNya janganlah membangkitkan
amarah anak-anakmu.
Jadi dalam hal ini kedua belah pihak harus menjalin satu
relasi yang kokoh sejak masih kecil dan belajar mengerti dan membatasi sejauh
mana hak dan tanggung jawabnya dan orang tua harus belajar berani melepaskan
anak bertumbuh dengan pengalaman hidupnya.