Jumat, 06 Februari 2015

Ketika di Vonis sakit berat/ berbahaya

Hal yang paling banyak dan sering dicari orang belakangan ini adalah kesehatan. Mereka mengatakan percuma mempuyai harta yang berlimpah namun hidup sakit-sakitan sehingga  tidak lagi efektif dan berguna.
Beragam perasaan akan timbul dalam diri seseorang saat mengalaminya atau menderita suatu penyakit. Beberapa perasaan yang sering kita temui itu adalah:
1.     Sedih, karena tidak bisa beraktivitas seperti biasanya
2.     Kecewa karena merasa sudah memperhatikan gaya hidup dan makanan yang dikumsumsi namun realitanya masih mengalami sakit
3.     Marah karena merasa sudah melakukan yang terbaik mengenai pola hidup dan gaya hidup kenapa masih mengalami sakit penyakit.
4.     Takut, ketakutan jika penyakit ini berkembang buruk dan tidak kunjung sembuh.
Pada umunya perasaan ini akan timbul dalam diri seseorang yang  sakit. Perasaan campur aduk didalam diri yang akhirnya akan  memberi dampak frustasi pada seseorang bahkan akan berdampak sampai kepada depresi.
Apa yang kamu pikirkan jika suatu ketika kamu di vonis berpenyakit yang berbahaya dan berdampak pada penurunan kesehatan yang fatal yang akan berakhir pada kematian. Apa yang kamu lakukan dalam menghadapi penyakit demikian.
Dalam suatu kesempatan melakukan check darah untuk kesehatan tubuh, saya mendapati hasil  yang sangat buruk. Sebenarnya keburukan ini sudah di prediksi sebelumnya misalnya: gula darah tinggi karena kedua orang tua adalah  penderita diabetes dan  tekanan darah tinggi. Sayapun menderita penyakit ini sudah sejak pemuda dan ini merupaka penyakit keluarga dimana kakak dan adikku juga menderita hal yang sama. Secara ilmu pengetahuan bahwa ini akan mempengaruhi ginjal. Hal itu yang terjadi dengan hasil pemeriksaan darah yaitu kenaikkan kreatinin yang mempengaruhi kinerja Ginjal. Dengan hasil pemeriksaan yang demikian buruk, maka pikiran yang paling utama timbul adalah perasaan“TAKUT’.
Apa yang aku takuti, tentu saja membayangkan situasi yang paling buruk  yang bisa terjadi, bahkan sampai pada kematian.
Tidak berimankah saya……? Oh Tidak, saya percaya dan menyerahkan hidup ini untuk Tuhan, tetapi kenapa perasaan itu hadir dalam hidupku. Perasaan adalah netral dan bisa hadir begitu saja, ketakutan kematian bukan pada mati nya namun beberapa hal lainnya misalnya prosesnya, cara mati seseorang, perasaan- perasaannya pada orang yang ditinggalkannya.
Bayangan yang kerapkali hadir dalam benakku adalah aku menderita Ginjal dan akan berakhir dengan cuci darah, lalu bagaimana harus melaluinya, bagaimana membiayainya?  itulah ketakutan pertama, lalu hal kedua jika meninggal bagaimana dengan istri yang ditinggalkannya sementara mungkin uang sudah habis dipakai  berobat, atau haruskah tidak perlu berobat agar ada dana untuk ditinggalkan untuk pasangan sementara kita siap akan  meninggal. Namun apakah itu bukan berarti bunh diri. Ketiga adalah ketidak mampuan membayangkan proses kematian itu sendiri.
Pertanyaannya adalah apa yang harus kulakukan? Bagaimana melaluinya?
JIka di vonis menderita penyakit berbahaya maka hal yang harus dilakukan:
  • 1  Belajar menerima memang saya menderita penyakit itu, penerimaan diri akan memberi      sedikit ketenangan dalam diri seseorang
  • 2    Mulai periksakan diri ke dokter dan merubah pola hidup dan berobat
  • 3     Lebih intim berhubugnan dengan Tuhan dan merasakan bagaimana Tuhan hadir dalam hidup ini.
  •      Menyadari bahwa kematian adalah jalan bertemu Tuhan di Sorga
  • 5      Tidak ada orang yang lolos dari kematian sehingga tidak perlu ditakutkan
  • 6     Yang membedakan adalah proses dan jalannya kematian dan setiap orang tidak sama
  • 7      Mohon kekuatan pada TUhan dalam meliwatinya.
  •      Tetap bergembira dalam segala situasi
  •      Berharap hanya kepada TUhan dan tetap hidup efektif
  • 10      Banyak berdoa.


10 langkah inilah akan menolong setiap kita saat di vonis menderita penyakit berbahaya. Jangan takut dan gelisah hai jiwaku, jiwaku tenang dalam naunganNYa.
Percayalah kepada Tuhan Yesus, Dia akan beri kekuatan. Mati hanyalah jalan menyatukan kita kembali kepada pencipta.


Oleh: Julimin Nagaputra si Musafir Girang