Rabu, 12 November 2014

Problema orang tua terhadap remaja dan pemuda

Anak merupakan anugrah yang Tuhan percayakan dalam kehidupan ini. Tidak semua orang di anugrahi mempunyai anak, ada yang hanya satu namun ada pula beberapa bahkan ada yang dipercayakan anak kembar, tetapi ada juga yang tidak diberikan anak, semua bergantung pada providensia Allah.
Mereka itu semua adalah pribadi pribadi yang adalah “The Image of God”. Anak-anak itu adalah citra gambar Allah yang Tuhan titipkan pada orang tua untuk di didik, di hidupi dengan mencukupkan kebutuhan sandang pangannya namun yang terpenting adalah membawa mereka untuk mengenal Allahnya secara pribadi dan melihat rencana Allah terhadap diri anak-anak itu.

Didalam berkat anugrah ini orang tua menerima dengan suka cita kehadiran anak-anak mereka dan menikmatinya bagai bagian dari hidupnya, mencintainya, mengasihinya dan menerimanya sebagai harta pusaka yang terpenting dalam hidupnya dan merasa itu adalah milik mereka.

Rasa kepemilikkan itu pasti dirasakan oleh orang tua, khususnya ibu yang sejak dalam kandungan merasakan gerakkan-geraksang bayi dan mengasuhnya sejak itu sampai mereka beranjak dewasa. Didalam proses perkembangan secara biologis dan psikologis anak maka sering timbul masalah antar remaja dan orang tuanya. Kadang perseteruan ini berlanjut menjadi konflik berkepanjangan dan akhirnya menimbulkan kepahitan dikedua belah pihak.

Anak akan selalu merasa orang tua terlalu mengekang dan turut campur dalam segala bagian hidupnya dan ini sangat tidak menyenangkan bagi para remaja. Sisi orang tua akan merasa kenapa anak semakin dewasa semakin tidak lagi mau melekat dengannya dan susah diatur. Semakin diatur anak semakin menjauh.
Apa permasalahan sesungguhnya.

Permasalahan bagi orang tua adalah rasa kepemilikkan yang terlalu kuat pada diri sang anak sehingga dalam hal sekecil apapun mau terlibat yang menurutnya adalah demi kebaikkan bagi sang anak. Hal seperti ini bisa benar dan bisa salah. Benar karena memang hal ini menjadi tanggung jawab orang tua terhadap kehidupan  anak-anaknya. Menjadi salah karena anak adalah satu pribadi yang adalah citra dan gambar Allah dimana ada peran Allah dalam kehidupan sang anak. Anak memang harus di didik berdasarkan kebenaran Firman Tuhan sejak dari kecil dengan sangat ketat  dan semakin dewasa anak, maka peran orang tua harus semakin sedikit dan anak akan belajar mengambil keputusan sendiri berdasar nilai yang telah ia dapati dan menjalani itu bersama Tuhan dalam pergumulannya.

Anak dengan sendirinya akan mensharekan dengan orang tuanya jika ia menghadapi banyak persoalan. Dia akan mensharekan dengan membuka jendela hatinya. Sebaliknya Ia akan menjadi sangat marah jika orang tua selalu ingin tau permasalahannya dan berusaha mengorek informasi atau intervensi dalam kehidupan sang anak.

Dengan Nilai yang pernah di tanamkan  anak akan belajar berjalan dalam koridor nilai yang di tanamkan, namun harus diingat nilai ini ditanam jauh sewaktu anak ini masih sangat kecil  Jangan pernah memperlakukan anakmu yang menjelang dewasa dengan perlakuan terhadap anak-anak.

Bagi seorang anak hal yang harus diingat bahwa tidak ada seorang pun dari orang tua yang akan mencelakakan anak-anaknya. Mereka akan berusaha sebaik mungkin memberikan yang terbaik pada anak-anaknya walau mungkin caranya salah. Prinsip firman yang harus di pegang oleh anak adalah hormatilah orang tuamu di dalam Tuhan.  Dan Orang tua ingatlah Tuhan pernah mengatakan dalam firmanNya janganlah membangkitkan amarah anak-anakmu.

Jadi dalam hal ini kedua belah pihak harus menjalin satu relasi yang kokoh sejak masih kecil dan belajar mengerti dan membatasi sejauh mana hak dan tanggung jawabnya dan orang tua harus belajar berani melepaskan anak bertumbuh dengan pengalaman hidupnya.

Selasa, 16 September 2014

Menikah........? Haruskah......?

Jaman terus berubah, banyak hal yang telah berubah baik nilai kultur budaya maupun pelbagai hal dalam dunia sosial kita. Sesuatu yang dahulu dianggap tabu saat ini mungkin sudah menjadi konsumsi masyarakat umum dan tidak lagi menjadi tabu.
Hal yang memalukan pada jaman dahulu mungkin saat ini sudah menjadi hal-hal yang lumrah terjadi dalam lingkungan sosial masa kini, bahkan mereka akan merasa heran jika kita masih memegang nilai-nilai yang dianggap tidak lagi up-date dengan jaman ini.

Begitu juga dengan pernikahan, beberapa kalangan menganggap pernikahan adalah sesuatu yang merepotkan dan mengekang kebebasan umat manusia. Manusia seharusnya tidak perlu mengikat dengan sesuatu yang begitu menganggu kebebasan dan keleluasaan dalam berinteraksi dengan sesamanya. Sehingga dalam satu dekade manusia masuk dalam era kehidupan bebas yang tidak terikat, hidup seks bebas, kehidupan bebas yang ditawarkan dalam gerakan kaum HIPPIES dan menjadi trend dalam kehidupan zaman modern.

Dalam realita kehidupan ada orang yang tidak menikah dan mempertanyakan apakah memang setiap orang harus menikah? Mari kita melihat beberapa prinsip yang berbicara mengenai pernikahan. Dari kitab Perjanjian Baru dalam cerita penciptaan maka tergambar bahwa tidak baik manusia itu seorang diri saja maka Tuhan memberikan seorang penolong yang sepadan dengannya lalu Tuhan menyatukan mereka menjadi satu/ kesedagingan atau dalam bahasa inggris kita mengenal sebagai oneness dan ini menjadi konsep pertama mengenai pernikahan yang Allah rancang pada diri manusia. Melalui konsep ini kita tahu bahwa Allah merencanakan suatu pernikahan bagi umat manusia berarti setiap manusia akan menikah.

Namun realitanya kita temui ada orang yang tidak menikah, ada yang ingin menikah tetapi sampai mati tidak menemukan jodohnya, apakah dengan demikian maksud tujuan Allah bahwa setiap manusia akan menikah menjadi salah! Tentu saja tidak, Allah memberikan jawab melalui firmanNya bahwa memang ada orang yang tidak menikah karena suatu tugas khusus, namun ada juga mereka tidak menikah karena dijadikan oleh sesuatu bisa diri sendiri atau orang lain.
Mari kita melihat apa yang dimaksud dengan hal dijadikan tadi.
Pertama. ada orang dalam pergaulannya memang selalu menutup diri terhadap lawan jenis, mungkin karena memang dikondisikan demikian dengan orang tua mereka sejak kecil dan melarang bergaul sehingga ia menjadi kesulitan menjalin pergaulan dengan temannya khususnya dengan yang berlainan jenis. Kesulitannya karena dijadikan demikian oleh lingkungan yang diciptakan oleh keluarga atau orang tuanya.

Kedua, Ada orang yang memang melupakan diri dalam pergaulan dan mengkonsentrasikan diri terhadap karier, sehingga menutup segala lingkungan pergaulan yang mengikat dan mengganggu kariernya sehingga tatkala ia menyadarinya waktu telah berlalu dan usianya sudah tidak muda lagi sehingga kesulitan mencari teman pergaulan yang lebih intim.

Ketiga, Trauma yang pernah dialami dalam berelasi dengan lawan jenis sehingga menutup diri untuk membuka hati, ataupun ia mau membuka hati tetapi selalu memperbandingkan, atau terlambat menyadari untuk membuka hati sementara usia terus berlanjut.

Keempat, Memang tidak trampil dalam pergaulan dan tidak mau melatih diri / meng up-grade diri dalam berkomunikasi dan menerima di perkenalkan dengan seseorang karena memang ia sulit untuk memulai suatu pertemanan.

Kelima, merupakan suatu orientasi seksual yang berbeda dimana harus melalui sesi khusus dalam konseling.

Menikah adalah suatu rencana yang Allah tawarkan untuk semua manusia kecuali untuk beberapa orang yang memang Allah tugaskan hal Khusus sehingga mereka memang sebaiknya tidak menikah. Menikah juga merupakan suatu hal yang sangat baik untuk menyatukan diri melihat panggilan Allah dalam tujuan pernikahan mereka, karena Allah yang memprakarsai pernikahan itu pasti mempunyai tujuannya, dan melalui menikah pula menolong mereka menyelesaikan masalah biologis mereka dalam berhubungan seksual.
Maka bagi saya : Menikah Yess!!!! Dan harus bagi mereka yang tidak terpanggil secara khusus oleh Allah dengan tugas khusus, maka secara manusia kita harus mengusahakan diri kita dengan rencana awal Allah yaitu dengan menikah.


Ditulis oleh:

Julimin Nagaputra M.Min.

Sabtu, 21 Juni 2014

PENGARUH RELASI AYAH DAN IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK



Bagaimana orangtua saling bersikap di antara mereka sendiri ternyata berpengaruh besar pada anak.

Ayah dan ibu yang kerap kali menunjukkan sikap saling menyayangi dan respek  ternyata anak-anak mereka bertumbuh dengan emosi yang cenderung stabil. Kenapa? Karena atmosfir keluarga dirasakan hangat dan aman.

Sebaliknya, ayah dan ibu yang sering terlihat bertengkar, saling menyalahkan, dan tidak respek satu sama lain dapat membuat emosi anak-anak cenderung labil dan  mudah gelisah.

Observasi terhadap para pecandu di tempat di rehabilitasi narkotika menunjukkan gejala yang mirip. Jika pecandu melihat hubungan ayah dan ibunya buruk, kemajuannya pun lambat dan sering melawan mentor. Namun ketika hubungan orangtua semakin harmonis, ternyata mereka pun tampak lebih maju dan lebih kooperatif dalam mengikuti program pemulihan.

Ayah yang dominant dan pemarah dan suka mengintimidasi isteri menyebabkan anak-anak  bertumbuh dengan menyimpan luka batin. Seringkali dijumpai juga adanya kemarahan yg terpendam bahkan sampai berpuluh-puluh tahun. Anehnya, ternyata anak-anak itu pun dapat menjadi kurang hormat pada si Ibu dan bahkan kadang ikut mengintimidasi ibu.

Anak perempuan dengan ayah yang dominan dan pemarah dapat mengembangkan sikap dominan dan tidak mau kalah terhadap laki-laki, termasuk pada suami jika kelak mereka menikah. Karena disadari atau tidak, mereka tidak mau menjadi perempuan seperti ibu mereka yang lemah dan bisa diintimidasi pria. Sepertinya mereka terus menerus harus menjaga diri mereka dari 'serangan' pria.

Sedangkan anak laki-laki dari ibu yang dominan dan suka merendahkan suami, biasanya menunjukkan sikap cenderung membela sang ayah. Tidak jarang mereka memanipulasi ayah untuk bersekongkol menghadapi si ibu. Biasanya mereka juga akan mengalami dilema ketika memilih calon isteri. Di satu sisi mereka 'benci' pada wanita yang dominan, tetapi di sisi lain mereka sebenarnya 'membutuhkan' wanita yang dominan dan mengatur. Karena bagaimana pun ibu merekalah yang selama ini memegang kendali di mana mereka sendiri tidak terlatih sehingga mereka kurang mampu berperan sebagai suami dan ayah.

Banyak anak-anak Kristen yang rajin berdoa dan melayani dan mempunyai kehidupan kerohanian yang bertumbuh memberi kesaksian bahwa mereka sebelumnya melihat contoh dari ayah-ibu mereka yang saling mendoakan dan saling mendorong untuk melayani.

oleh: Julimin Nagaputra. M.Min

Kamis, 13 Maret 2014

Terkenal versus Pintar

Seorang yang pintar belum tentu dia seorang yang terkenal, demikian pula sebaliknya seorang yang terkenal bahkan sangat terkenal sekalipun belum tentu dia pintar, mungkin dia pintar dalam satu hal yaitu menujukkan kepintarannya. Permasalahannya banyak sekali orang ingin menjadi orang yang terkenal namun tidak ingin belajar baik baik menjadi orang pintar, akhirnya terbentuklah orang yang pintar memanfaatkan situasi, kesempatan dan orang lain untuk menjadi terkenal. Namun harus diakui orang demikian adalah orang yang sangat pintar membaca dan menggunakan kesempatan.
Dalam banyak hal didunia ini penyampaian informasi lebih banyak didengarkan jika penyampaiannya oleh seorang yang terkenal ketimbang orang yang berilmu. Pernah satu kali aku mengikuti sebuah ceramah yang disampaikan oleh orang terkenal dan banyak orang yang terkagum kagum akan isi ceramah tersebut namun dalam hati aku merasa heran karena menurut aku isi ceramah tersebut pernah di kupas detail oleh seorang pembicara dengan baik namun pembicara itu bukanlah seorang yang terkenal. Berarti isi dari ceramah tersebut bukanlah hal baru karena audience nya sama dalam institusi yang sama. Permasalahannya kenapa waktu disampaikan oleh pembicara yang tidak terkenal tidak masuk sama sekali sedang saat dibawakan oleh orang yang terkenal begitu menancap.
Begitu banyak alas an yang akan kita dengar, misalnya pembicra terkenal lebih enak bicaranya, lebih jelas dan lain lainnya. Mungkin saja benar tapi mungkin ada hal lainnya.
Menurut pengamatan saya ada beberapa point yang harus kita perhatikan. Seseorang yang terkenal sudah memberikan pengaruh terelebih dahulu bahwa yang bicara bukan orang sembarangan ( terkenal ), kedua banyak orang ingin belajar darinya agar bisa menjadi seperti dirinya, ketiga mereka mengaguminya sehingga memberikan perhatian lebih, lalu hal selanjutnya adalah memang kemampuan dari si orang terkenal juga harus diperhatikan.
Jadi apa pointnya bagi kita?
1.     Sebagai seorang pembicara kita perlu memperhatikan penampilan kita agar memberikan pengaruh awal kepada audience
2.     Memperhatikan kepada siapa kita bicara dan menyusun bahan pembicaraan dengan baik
3.     Materi yang dibawakan harus berbobot dan menguasai situasi
4.     Mengusahakan diri untuk dikenal dalam hal baik, kesaksian hidup yang baik, kemampuan yang baik dan relasi yang luas
5.     Merendahkan diri pada Tuhan dan membiarkan Tuhan bekerja melalui diri kita dan jangan menjadi sombong.
6.     Tidak usah mengejar ketenaran tetapi akan datang seturut dengan kemampuan dan kesaksian hidup yang baik
7.     Pintar atau tenar semua untuk Tuhan lakukan bagian kita masing-masing dengan baik dan bertanggung jawab.
Bagi kita sebagai orang tua maka kita harus perhatikan pertumbuhan anak kita, jangan kita mengejar kepandaian atau ketenaran tetapi melupakan nilai kita sebagai orang percaya, anak-anak Tuhan.

Berlakukah baik, cintailah Tuhan dan sesamamu manusia lalu lakukanlah tugas yang Tuhan embankan pada diri kita.

Julimin si Musafir Girang

Rabu, 19 Februari 2014

Apakah Anda memiliki kecerdasan Interpersonal?

Orang dengan kecerdasan interpersonal yang berkembang baik mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
  1. Membentuk dan mempertahankan suatu hubungan sosial
  2. Mampu berinteraksi dengan orang lain
  3. Mengenali dan menggunakan berbagai cara untuk berhubungan dengan orang lain.
  4. Mampu mempengaruhi pendapat atau tindakan orang lain.
  5. Turut serta dalam upaya bersama dan mengambil berbagai peran yang sesuai, mulai dari menjadi seorang pengikut hingga menjadi seorang pemimpin.
  6. mengamati perasaan, pikiran, motivasi, perilaku dan gaya hidup orang lain
  7. Mengerti dan berkomunikasi dengan efektif baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
  8. Mengembangkan keahlian untuk menjadi penengah dalam suatu konflik, mampu bekerja sama dengan orang yang mempunyai latar belakang yang beragam
  9. Tertarik menekuni bidang yang berorientasi interpersonal seperti menjadi pengajar, konseling, manajemen atau politik.
  10. Peka terhadap perasaan, motivasi dan keadaan mental seseorang
Kecerdasan interpersonal memungkinkan kita untuk berkomunikasi dan memahami orang lain, mengerti kondisi pikiran atau suasana hati yang berbeda, sikap atau temperamen, motivasi dan kepribadian. Kecerdasan ini juga meliputi kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan suatu hubungan. Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kawannya dan biasanya sangat menonjol dalam melakukan kerja kelompok.
Kecerdasan interpersonal yang berhasil dikembangkan dengan baik akan sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya setelah ia menyelesaikan pendidikan formalnya.
Mengembangkan kecerdasan interpersonal
  1. Melatih kemampuan berkomunikasi efektif secara verbal dan nonverbal
  2. mempelajari dan mengerti serta peka terhadap mood, motivasi dan perasaan orang lain
  3. Bekerja sama dalam suatu kelompok
  4. Belajar dalam suatu kelompok (belajar dengan berkolaborasi)
  5. Menjadi mediator dalam penyelesaian suatu konflik
  6. Mengamati dan mengerti maksud tersembunyi dari suatu sikap, perilaku dan cara pandangan seseorang.
  7. Belajar melihat sesuatu dari suatu sudut pandang orang lain.
  8. Menciptakan dan mempertahankan sinergi.
  9. Simpati terhadap orang lain
  10. Empati terhadap orang lain
Diambil dari sumber: Adi W. Gunawan, Born to be a genius, (Jakarta, Gramedia, 2003)

Menyenangkan Orang tua

Orang tua: Sehari bersama mereka

Orang tua adalah sosok yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Mereka berjuang melakukan segalanya, membanting tulang mencari nafkah, memberikan waktunya untuk anak dan keluarga, mereka rela kekurangan asal anak-anak mereka mendapatkan dan tidak kekurangan.
Betapa sering kita mendengar orang tua yang rela kelaparan karena semua diberikan kepada anak-anaknya. Betapa banyak orang tua yang rela hidup seadanya karena semua yang ia punya ia berikan kepada anaknya untuk sekolah ataupun apapun juga.
Pengorbanan yang dilakukan karena cinta kasih yang timbul dari hati orang tua kepada anak-anaknya. Namun setelah sekian tahun berlalu, anak-anakpun beranjak dewasa dan akhirnya mereka satu persatu berkeluarga orang tua tetap mengasihi mereka dan berusaha memberikan kepada mereka. Namun suatu saat ketika orang tua tidak lagi dapat memberikan hal yang bersifat materi apa yang mereka dapat. Mereka akan sangat berbahagia tatkala melihat anak-anak mereka berbahagia dan berhasil namun betapa banyak orang tua yang menangis karena tidak lagi ada yang perduli kepada mereka. Bahkan kasih sayang orang tua kepada anak-anak dirasa sebagai hal yang merepotkan dan cerewet. Bahkan lebih tragis betapa banyak orang tua yang akhirnya kesepian dan hidup sendiri tanpa belaian kasih sayang dari anak dan cucunya.
Kami menyadari harus memberi perhatian kepada orang tua kita selagi dia ada, selagi dapat menikmati cinta kasih kita, selagi masih dapat menikmati kebersamaan dengan kita.
Pada suatu ketika kami coba memulai satu hal dengan semua teman yang menyadari hal ini yang bernaung dibawah Yayasan Eunike mengadakan sehari bersama dengan Orang tua. Kami mengajak kedua orang tua kami bersama dengan anak-anak, kami pergi rekreasi bersama  khusus untuk orang tua kita masing-masing. Tidak jauh….. kami memilih pergi ke Kebun Raya Bogor, dan sungguh kami tidak menyangka dengan kegiatan sederhana seperti ini memberi kesan mendalam bagi orang tua kami, mereka sangat menikmatinya.
Kami ingin, ingin sekali kalau kegiatan ini bolehlah diadakan  lebih sering sehingga mereka yang sudah lanjut usiapun masih boleh menikmati bersama dengan anak yang telah mereka lahirkan, besarkan hingga saat ini. Tuhan memberkati.